Cast
:
· * Choi Siwon
· *Shin JiHyun
Genre :
· *Romance (?)
Sekali lagi Author datang dengan FF
yang bisa dibilang jauh dari kesempurnaan..
Hehehehe
Author nulis FF ini, gara2 author
bosen tidur melulu gara-gara sakit T_T *curcol* apalagi Siwon oppa belum dateng
jenguk *Ngaco* padahal member yang lain udah pada jenguk *MakinNgaco*
Yaudah deh, daripada Author makin
sableng -_-“ happy reading :D hati-hati dengan typo
HAPPY READING \(^0^)/
“Mau berkencan
denganku sepulang sekolah?” Seorang laki-laki berpakaian seragam muncul
didepanku sambil menyodorkan sebuket mawar putih. Wajahnya tampak berseri-seri.
Aigo, apa dia tidak menyadari kesalahannya?
“Aniyo.” Ujarku
singkat. Dia menyebalkan sekali. Muncul dihadapanku tanpa meminta maaf. Segera
aku membereskan buku-buku yang masih berserakan diatas meja tempatku belajar
dan beranjak pergi setelah reslating tas ku menutup sempurna.
“Eodiga?”
Tanyanya setelah menyadari aku benar-benar kesal padanya, “Kantin, aku lapar.”
Ujarku dingin, kemudian melangkahkan kaki menuju kantin. Aku tahu, sedari tadi
dia mengikutiku. Sekalipun mengendap-endap, telapak kakinya yang besar itu
tetap menimbulkan suara saat bertemu dengan lantai keramik dikoridor sekolah.
Ukuran kakinya memang sangat besar, hehehe.
“Berhenti
mengikutiku!” Perintahku tanpa membalikkan badan dan menghentikan jalan.
“Chagiiii!”
Suara rengekannya membuat bibirku diam-diam tersenyum. Suara langkah kakinya
menjadi lebih cepat. Ah, sepertinya dia sedang berlari.
Greeep!
Lengan kekarnya
memeluk bahuku posesif, sedangkan lengan kekar lainnya tetap memegang sebuket
bunga mawar putih, “Ini untukmu, kenapa kau tidak mau menerimanya,eoh? Bunga ini
mahal.” Aku nyengir mendengarnya, ternyata dia memiliki sisi pelit, eoh? “Ah,
kau tidak tulus memberikannya untukku? Seorang Choi Siwon, yang merupakan anak
dari seorang pemilik Hyundai Departement Store
mengungkit-ngungkit tentang materi kepada Yeojachingu sendiri? Ckckckck.
Awetkan saja mawarnya dengan formalin.”
Aku melepaskan
rangkulannya dan berjalan sedikit lebih cepat menuju tempat tujuan awalku. Tapi
percuma, kaki pendekku ini tidak mendukungku sama sekali. Dengan mudah kaki
panjang seorang Choi Siwon sudah menyusulku.
“Aku minta
maaf.” Ujarnya lagi. Aku menghela nafas. Lelaki yang tampaknya dingin ini,
sebenarnya bukan tipeku. Tapi, karena sebuah perjodohan yang diprakarsai oleh
kedua orang tua kami, mau tak mau kami harus mulai menjalin sebuah hubungan
semenjak umur kami 15 tahun. Dan sampai sekarang, umur kami 18 tahun, dan baru
tahun kemarin kami sadar, bahwa kami memang saling mencintai.
Kalian ingin
tahu atas dasar apa aku kesal padanya? Karena sifat kekanak-kanakan yang
tersembunyi entah dibagian tubuh mana seorang Choi Siwon, aku hampir didrop
out dari sekolah.
“Berikan alasan
mengapa aku harus memaafkanmu?”, tanyaku menantang. Aku melihat dia berpikir
sejenak, “Karena kau mencintaiku, Ji Hyun-ssi.” Aku tertawa, “Kau percaya diri
sekali, Choi Siwon. Siapa bilang aku mencintaimu? Memangnya kau punya bukti
kalau aku mencintaimu?” ujarku sambil mencari bangku kosong yang ada dikantin,
“Kajja, duduk disitu!”
Siwon mengikutiku
sambil tetap berpikir, “Setelah dipikir-pikir, memang tidak ada buktinya bahwa
kau mencintaiku. Apa jangan-jangan kau masih menganggap perjodohan ini adalah
sesuatu hal yang buruk? Ah, jebal Ji Hyun-ah, kau tidak berpikir seperti
itukan?” Aku mengedikkan bahuku sambil meminum milkshake vanilla yang
aku pesan, “Entahlah, mungkin memang seperti itu.” Hehehe, aku senang
mengerjainya.
“Andwe! Tidak
bisa begitu, pokoknya sepulang sekolah kau harus ikut denganku. Aku sudah ijin
kepada eomonim dan aboeji untuk membawa putrinya berjalan-jalan sampai 2 hari
kedepan. Aku harus membuktikan bahwa kau benar-benar mencintaiku.” Aku
membelalakkan mataku kaget, “Yaak, bagaimana bisa begitu? Besok kita harus
sekolah, pabo!” Ah, Choi Siwon, kau memang kekanakan. “Besok akhir pekan,
pikun.” Siwon menyentil dahiku pelan dan beranjak pergi, “Kenapa kau bawa lagi
bunganya? Kau bilang ingin memberikannya padaku?” Tanyaku setelah berhasil
menyusulnya, “Ani, aku berubah pikiran. Lebih baik aku membuangnya.” Siwon
menjulurkan bunga tersebut ketempat sampah yang ada disisi kiri koridor dan
sudah siap melepaskan genggamannya, “Andweeeee!!” Jeritku.
‘Bruuuuk’
@@@
“Waaah, kau
hebat sekali Ji Hyun-ah. Kita bisa pulang awal, jam 10 pagi. Huaaa.. Daebak!”
Aku mendengus kesal saat Siwon menunjukkan euforia yang terlalu
berlebihan didalam mobil. Omo, aku malu sekali jika mengingat kejadian tadi.
“Kau ini lucu
sekali, aku tidak mungkin membuang bunga mahal itu Ji Hyun-ah. Kau tau sifatku,
kan?” Aku mengangguk. Siwon kembali tertawa sebelum melanjutkan omongannya,
“Jangan ulangi perbuatanmu, arra? Tidak perlu melompat ketempat sampah. Untung
Eomonim sudah menyiapkan baju gantimu kemarin.” Aku menundukkan wajahku. Aigo,
Ji Hyun nan jeongmal baboya. “Sudahlah, jangan dibahas lagi! Karena aku juga
kau, dapat bebas hari ini. Alasan yang kau buat sungguh meyakinkan. ‘Seongsaenim,
sepertinya Ji Hyun sakit sehingga ia oleng dan menabrak tempat sampah.
Sepertinya saya harus mengantarkannya pulang dan harus menjaganya sebentar
karena Orang tuanya sedang keluar kota’. Aigoo, aktingmu hebat sekali.
Sepertinya kau akan menjadi aktor dimasa depan.” Cibirku sambil memandang Siwon
yang mulai menghidupkan mobil. “Hahahahaha. Wajahku memang pantas untuk
ditampilkan. Kita berhenti dulu dipom bensin. Saat aku mengisi bahan bakar, kau
mandi dan ganti bajumu, kau bau. Arasseo?” Aku kembali mengangguk. Huh,
sepertinya hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan.
@@@
“Kita akan
kemana?” Tanyaku setelah mandi dan ganti baju. “Lihat saja nanti, kau juga
pasti akan tahu. Kajja, masuk mobil.” Aku menurut saja pada Siwon, sebagai
calon istri yang baik, memang harus begitukan? Hehehehe...
Siwon terlihat
serius dibalik kemudinya. Dia akan menjadi sangat sangat pendiam jika ia sudah
berurusan dengan kemudi. Aku hafal kebiasaannya itu. Jika ingin selamat
dalam menyetir, berkonsentrasilah. Itulah slogannya.
“Huah, bukankah
ini jalan menuju Gampyeong Wharf? Siwon-ah, jawab aku!” Siwon tetap diam.
Astaga, manusia ini. Untung saja dia tampan, kalau tidak, ya tetap tidak akan
aku apa-apakan. Hehehe.
Siwon baru
menjawabku ketika mobil berhenti dilampu merah, “Ne, kita akan ke Nami Island.”
Aku membuka mulutku terkejut, “Jinjja? Wuaaah, aku baru satu kali ke Nami
Island. Itupun saat umurku baru 7 tahun. Aku sedikit lupa. Aaaah, senangnya.”
Duuk
Aigo, aku lupa
jika aku masih didalam mobil. Tanpa sadar aku melompat dan kepalaku menatap
atap mobil, “Buahahahaha. Sepertinya ini hari sialmu Ji Hyun-ah. Salahmu juga seatbelt
mu tidak kau pasang. Hahahaha...” Siwon kembali tertawa terbahak sambil
mengelus lembut ubun-ubunku. Ji Hyun-ah, kau benar-benar babo.
@@@
“Mobil kita
parkir disini saja ya, tidak usah dibawa.” Aku kembali mengangguk. Jujur, aku
sudah lupa bagaima cara untuk memasuki Nami Island, “Kajja, kita beli visa
fee.” Siwon menggandeng tanganku dan berusaha menerobos kerumunan orang
yang sedang berjalan menuju tempat pembelian visa fee, “Kau duduk disana
saja, biar aku yang mengantri.” Aku menggelengkan kepala. Benar-benar tidak
adil jika semua harus Siwon yang melakukan. Dengan cepat aku mendorong tubuh
kekarnya agar keluar dari barisan antrian, “Eits, jangan mencoba menerobos
masuk, ahjumma yang ada dibelakangku akan marah, benarkan ahjumma?” Ahjumma itu
mengangguk sambil tersenyum setuju. Siwon mengalah dan menuju keminimarket,
sepertinya dia ingin membeli sesuatu. “Kalian pasangan muda yang berbulan madu
ya? Wah, romantis sekali.” Ahjumma yang ada dibelakangku bertanya padaku,
sedangkan aku, bingung harus menjawab apa. “Ne, ahjumma. Kami pasangan muda.
Tapi kami kemari bukan untuk berbulan madu. Dia sedang mengidam ingin kemari.” Siwon
tiba-tiba muncul dan menjawab pertanyaan ahjumma dengan jawaban yang
menyebalkan. Ahjumma itu membelalakkan matanya. Aku penyikut perut Siwon keras,
“Ouch, appo yeobo.” Ujar Siwon sambil menahan tawanya. “Aigo, ternyata kau
sedang hamil muda. Hei, sebaiknya kau duduk disana, dan kau anak muda,
sebaiknya kau gantikan istrimu ini mengantri.” Siwon mengangguk dan menyeretku
keluar dari barisan, “Duduk disana sambil minum ini, jangan kemana-mana yeobo.”
Ujarnya genit sambil mengedipkan mata. Tuhan, berikan aku kesabaran.
@@@
“Ji Hyun-ah,
sepertinya lebih seru kalau kita menyeberangi danau Cheongpyeong dengan naik flying
fox itu.” Aku menggeleng pelan, “Kau tahu aku phobia ketinggian, lagi pula
biayanya mahal, 38000 won. Cukup naik feri dengan biaya 8000 won kita bisa
sampai. Hanya menyeberang sudah menghabiskan biaya segitu banyak. Ani ani.” Aku
terus-menerus menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak setuju, “Aigo, sepertinya
calon istriku ini bisa mengelola keuangan dengan baik dimasa depan.” Siwon
merangkul pundakku dengan lembut. Hah, ini benar-benar menyenangkan. Berdiri
berpelukan diatas kapal feri sambil menikmati angin musim gugur yang menerpa
wajah kami dengan lembut. Ah, cocok sekali jika dijadikan MV.
@@@
“Wuaaaahh, indah
sekali.” Sekali lagi aku membelalakkan mata melihat pemandangan yang tersaji
dihadapanku. Deretan pohon tinggi yang berjejer lurus sungguh menyejukkan mata,
“Siwon-ah, neomu yeoppo.” Aku memutar-mutarkan badan menikmati sensasi udara
yang sejuk, “Eits, jangan memutar-mutarkan badanmu.” Siwon kembali merengkuh
pundakku dan mengajakku berkeliling, “Oh ya, kenapa kau tidak memanggilku oppa
sih? Aku lebih tua 8 bulan darimu.” Aku tersenyum sambil memegang topi lebarku
agar tidak terlepas karena angin yang berhembus cukup kencang, “ Arasseo,
oppa.” Siwon tersenyum, “Begitu lebih baik.”
“Oppa, kajja,
kita berfoto disana.” Aku menarik tangan Siwon menuju kesebuah patung yang
berbentuk ‘love’. “Permisi, bisakah anda membantu kami untuk mengambil
gambar?” Siwon bertanya pada seorang yeoja muda yang sepertinya seumuran dengan
kami, “Ah, tentu saja.” Yeoja manis itu bersedia membantu kami. Baik sekali.
Selayaknya
pasangan lainnya, kami berpose sampai lampu blitz dari kamera mahal Siwon
menyala, “Gamsahamnida.” Aku dan Siwon membungkuk sambil mengucapkan terima
kasih. Setelah itu, siwon kembali menarik pergelangan tanganku menuju
kesepasang patung perunggu, “Ayo kita berfoto disini, posisinya harus sama
dengan patung ini, arasseo?” Aku mengangguk. Setelah puas berfoto, Siwon
mengajakku makan disebuah kedai tradisional, “Makanlah yang banyak, perjalanan
kita masih panjang.” Ujarnya sambil tersenyum.
@@@
“Apa nama
jembatan ini?” Siwon membawaku kesebuah jembatan yang dipenuhi pasangan seperti
kami. Jembatannya sunggung indah. “First Kiss Bridge, tempat pemain
utama winter sonata melakukan first kiss.” Ahhh, untuk apa Siwon
mengucapkan kata-kata ‘First Kiss’? Aku sedikit anti dengan kata-kata
itu. “Kau sudah tidak kesal tentang masalah drop out itu kan?” Siwon
menatapku dalam. Oh, jangan menatapku seperti itu, kau membuatku gugup Siwon,
“Maka dari itu, kau jangan coba-coba menciumku disekolah. Tendanganku kemarin
itu karena terkejut. Aku kan menendangmu pelan, tapi kenapa kau sampai jatuh
terkapar begitu?” Semua berawal dari tendanganku. Aku hampir didrop out
karena Seongsaenim salah sangka terhadap tendanganku. Aku dianggap telah membully
Siwon. Astaga, yang benar saja! Bagaimana mungkin aku mempunyai niatan membully
namja tampan yang ada dihadapanku sekarang. Hanya saja sikapnya waktu itu
kekanakan sekali, dan itu sebuah perkecualian.
“Mianhe.”
Ujarnya sekali lagi. “Oh ya, Aku belum mempunyai bukti bahwa kau mencintaiku.” Lanjutnya
serius. Aku semakin gugup. Bagaimana aku membuktikannya?
“Kau
bingungkan?” Aku mengangguk. Sungguh, aku sangat-sangat mencintainya. Tapi aku
tidak tahu cara membuktikannya, “Haruskah aku melompat dari jembatan ini untuk
membuktikannya?” tanyaku polos. Dia kembali tertawa. Sedetik kemudian kedua
telapak tangannya memegang kedua pipi dan mulai mengarahkan wajahku
menghadapnya.
“Saranghae.”
Siwon mengucapkan kata itu dengan nada yang tulus, “Nado Saranghae, oppa.”
Jawabku tak kalah tulus. Dengan perlahan Siwon mulai mendekatkan wajahnya
kewajahku. Tapi setelah jaraknya sangat dekat, dia berhenti. “Kau mau ini
sebagai buktinya?” tanyaku dan Siwon mengangguk, “So kiss me!” Sebuah
benda lembut mendarat dibibirku. Hanya menempel. Tidak lebih dan ini hanya
berlangsung selama 5 detik.
“Gomawo.
Ingatlah, first kiss kita terjadi di first kiss bridge dipulau
nami. Dan ingatlah aku selalu mencintaimu.” Ujar Siwon sambil memelukku erat.
Hangat. Kehangatan yang aku dapat ditengah angin musim gugur yang berhembus.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar