Minggu, 24 November 2013

So Kiss Me (SiHyun Couple)



Cast :
· * Choi Siwon
·  *Shin JiHyun
Genre :
·  *Romance (?)

Sekali lagi Author datang dengan FF yang bisa dibilang jauh dari kesempurnaan..
Hehehehe
Author nulis FF ini, gara2 author bosen tidur melulu gara-gara sakit T_T *curcol* apalagi Siwon oppa belum dateng jenguk *Ngaco* padahal member yang lain udah pada jenguk *MakinNgaco*
Yaudah deh, daripada Author makin sableng -_-“ happy reading :D hati-hati dengan typo

                           
HAPPY READING \(^0^)/
        “Mau berkencan denganku sepulang sekolah?” Seorang laki-laki berpakaian seragam muncul didepanku sambil menyodorkan sebuket mawar putih. Wajahnya tampak berseri-seri. Aigo, apa dia tidak menyadari kesalahannya?


        “Aniyo.” Ujarku singkat. Dia menyebalkan sekali. Muncul dihadapanku tanpa meminta maaf. Segera aku membereskan buku-buku yang masih berserakan diatas meja tempatku belajar dan beranjak pergi setelah reslating tas ku menutup sempurna.

        “Eodiga?” Tanyanya setelah menyadari aku benar-benar kesal padanya, “Kantin, aku lapar.” Ujarku dingin, kemudian melangkahkan kaki menuju kantin. Aku tahu, sedari tadi dia mengikutiku. Sekalipun mengendap-endap, telapak kakinya yang besar itu tetap menimbulkan suara saat bertemu dengan lantai keramik dikoridor sekolah. Ukuran kakinya memang sangat besar, hehehe.

        “Berhenti mengikutiku!” Perintahku tanpa membalikkan badan dan menghentikan jalan.

        “Chagiiii!” Suara rengekannya membuat bibirku diam-diam tersenyum. Suara langkah kakinya menjadi lebih cepat. Ah, sepertinya dia sedang berlari.

        Greeep!

        Lengan kekarnya memeluk bahuku posesif, sedangkan lengan kekar lainnya tetap memegang sebuket bunga mawar putih, “Ini untukmu, kenapa kau tidak mau menerimanya,eoh? Bunga ini mahal.” Aku nyengir mendengarnya, ternyata dia memiliki sisi pelit, eoh? “Ah, kau tidak tulus memberikannya untukku? Seorang Choi Siwon, yang merupakan anak dari seorang pemilik Hyundai Departement Store mengungkit-ngungkit tentang materi kepada Yeojachingu sendiri? Ckckckck. Awetkan saja mawarnya dengan formalin.”

        Aku melepaskan rangkulannya dan berjalan sedikit lebih cepat menuju tempat tujuan awalku. Tapi percuma, kaki pendekku ini tidak mendukungku sama sekali. Dengan mudah kaki panjang seorang Choi Siwon sudah menyusulku.

        “Aku minta maaf.” Ujarnya lagi. Aku menghela nafas. Lelaki yang tampaknya dingin ini, sebenarnya bukan tipeku. Tapi, karena sebuah perjodohan yang diprakarsai oleh kedua orang tua kami, mau tak mau kami harus mulai menjalin sebuah hubungan semenjak umur kami 15 tahun. Dan sampai sekarang, umur kami 18 tahun, dan baru tahun kemarin kami sadar, bahwa kami memang saling mencintai.

        Kalian ingin tahu atas dasar apa aku kesal padanya? Karena sifat kekanak-kanakan yang tersembunyi entah dibagian tubuh mana seorang Choi Siwon, aku hampir didrop out dari sekolah.

        “Berikan alasan mengapa aku harus memaafkanmu?”, tanyaku menantang. Aku melihat dia berpikir sejenak, “Karena kau mencintaiku, Ji Hyun-ssi.” Aku tertawa, “Kau percaya diri sekali, Choi Siwon. Siapa bilang aku mencintaimu? Memangnya kau punya bukti kalau aku mencintaimu?” ujarku sambil mencari bangku kosong yang ada dikantin, “Kajja, duduk disitu!”

        Siwon mengikutiku sambil tetap berpikir, “Setelah dipikir-pikir, memang tidak ada buktinya bahwa kau mencintaiku. Apa jangan-jangan kau masih menganggap perjodohan ini adalah sesuatu hal yang buruk? Ah, jebal Ji Hyun-ah, kau tidak berpikir seperti itukan?” Aku mengedikkan bahuku sambil meminum milkshake vanilla yang aku pesan, “Entahlah, mungkin memang seperti itu.” Hehehe, aku senang mengerjainya.

        “Andwe! Tidak bisa begitu, pokoknya sepulang sekolah kau harus ikut denganku. Aku sudah ijin kepada eomonim dan aboeji untuk membawa putrinya berjalan-jalan sampai 2 hari kedepan. Aku harus membuktikan bahwa kau benar-benar mencintaiku.” Aku membelalakkan mataku kaget, “Yaak, bagaimana bisa begitu? Besok kita harus sekolah, pabo!” Ah, Choi Siwon, kau memang kekanakan. “Besok akhir pekan, pikun.” Siwon menyentil dahiku pelan dan beranjak pergi, “Kenapa kau bawa lagi bunganya? Kau bilang ingin memberikannya padaku?” Tanyaku setelah berhasil menyusulnya, “Ani, aku berubah pikiran. Lebih baik aku membuangnya.” Siwon menjulurkan bunga tersebut ketempat sampah yang ada disisi kiri koridor dan sudah siap melepaskan genggamannya, “Andweeeee!!” Jeritku.

        ‘Bruuuuk’

@@@

        “Waaah, kau hebat sekali Ji Hyun-ah. Kita bisa pulang awal, jam 10 pagi. Huaaa.. Daebak!” Aku mendengus kesal saat Siwon menunjukkan euforia yang terlalu berlebihan didalam mobil. Omo, aku malu sekali jika mengingat kejadian tadi.

        “Kau ini lucu sekali, aku tidak mungkin membuang bunga mahal itu Ji Hyun-ah. Kau tau sifatku, kan?” Aku mengangguk. Siwon kembali tertawa sebelum melanjutkan omongannya, “Jangan ulangi perbuatanmu, arra? Tidak perlu melompat ketempat sampah. Untung Eomonim sudah menyiapkan baju gantimu kemarin.” Aku menundukkan wajahku. Aigo, Ji Hyun nan jeongmal baboya. “Sudahlah, jangan dibahas lagi! Karena aku juga kau, dapat bebas hari ini. Alasan yang kau buat sungguh meyakinkan. ‘Seongsaenim, sepertinya Ji Hyun sakit sehingga ia oleng dan menabrak tempat sampah. Sepertinya saya harus mengantarkannya pulang dan harus menjaganya sebentar karena Orang tuanya sedang keluar kota’. Aigoo, aktingmu hebat sekali. Sepertinya kau akan menjadi aktor dimasa depan.” Cibirku sambil memandang Siwon yang mulai menghidupkan mobil. “Hahahahaha. Wajahku memang pantas untuk ditampilkan. Kita berhenti dulu dipom bensin. Saat aku mengisi bahan bakar, kau mandi dan ganti bajumu, kau bau. Arasseo?” Aku kembali mengangguk. Huh, sepertinya hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan.

@@@

        “Kita akan kemana?” Tanyaku setelah mandi dan ganti baju. “Lihat saja nanti, kau juga pasti akan tahu. Kajja, masuk mobil.” Aku menurut saja pada Siwon, sebagai calon istri yang baik, memang harus begitukan? Hehehehe...

        Siwon terlihat serius dibalik kemudinya. Dia akan menjadi sangat sangat pendiam jika ia sudah berurusan dengan kemudi. Aku hafal kebiasaannya itu. Jika ingin selamat dalam menyetir, berkonsentrasilah. Itulah slogannya.

        “Huah, bukankah ini jalan menuju Gampyeong Wharf? Siwon-ah, jawab aku!” Siwon tetap diam. Astaga, manusia ini. Untung saja dia tampan, kalau tidak, ya tetap tidak akan aku apa-apakan. Hehehe.

        Siwon baru menjawabku ketika mobil berhenti dilampu merah, “Ne, kita akan ke Nami Island.” Aku membuka mulutku terkejut, “Jinjja? Wuaaah, aku baru satu kali ke Nami Island. Itupun saat umurku baru 7 tahun. Aku sedikit lupa. Aaaah, senangnya.”

        Duuk

        Aigo, aku lupa jika aku masih didalam mobil. Tanpa sadar aku melompat dan kepalaku menatap atap mobil, “Buahahahaha. Sepertinya ini hari sialmu Ji Hyun-ah. Salahmu juga seatbelt mu tidak kau pasang. Hahahaha...” Siwon kembali tertawa terbahak sambil mengelus lembut ubun-ubunku. Ji Hyun-ah, kau benar-benar babo.

@@@

        “Mobil kita parkir disini saja ya, tidak usah dibawa.” Aku kembali mengangguk. Jujur, aku sudah lupa bagaima cara untuk memasuki Nami Island, “Kajja, kita beli visa fee.” Siwon menggandeng tanganku dan berusaha menerobos kerumunan orang yang sedang berjalan menuju tempat pembelian visa fee, “Kau duduk disana saja, biar aku yang mengantri.” Aku menggelengkan kepala. Benar-benar tidak adil jika semua harus Siwon yang melakukan. Dengan cepat aku mendorong tubuh kekarnya agar keluar dari barisan antrian, “Eits, jangan mencoba menerobos masuk, ahjumma yang ada dibelakangku akan marah, benarkan ahjumma?” Ahjumma itu mengangguk sambil tersenyum setuju. Siwon mengalah dan menuju keminimarket, sepertinya dia ingin membeli sesuatu. “Kalian pasangan muda yang berbulan madu ya? Wah, romantis sekali.” Ahjumma yang ada dibelakangku bertanya padaku, sedangkan aku, bingung harus menjawab apa. “Ne, ahjumma. Kami pasangan muda. Tapi kami kemari bukan untuk berbulan madu. Dia sedang mengidam ingin kemari.” Siwon tiba-tiba muncul dan menjawab pertanyaan ahjumma dengan jawaban yang menyebalkan. Ahjumma itu membelalakkan matanya. Aku penyikut perut Siwon keras, “Ouch, appo yeobo.” Ujar Siwon sambil menahan tawanya. “Aigo, ternyata kau sedang hamil muda. Hei, sebaiknya kau duduk disana, dan kau anak muda, sebaiknya kau gantikan istrimu ini mengantri.” Siwon mengangguk dan menyeretku keluar dari barisan, “Duduk disana sambil minum ini, jangan kemana-mana yeobo.” Ujarnya genit sambil mengedipkan mata. Tuhan, berikan aku kesabaran.

@@@

        “Ji Hyun-ah, sepertinya lebih seru kalau kita menyeberangi danau Cheongpyeong dengan naik flying fox itu.” Aku menggeleng pelan, “Kau tahu aku phobia ketinggian, lagi pula biayanya mahal, 38000 won. Cukup naik feri dengan biaya 8000 won kita bisa sampai. Hanya menyeberang sudah menghabiskan biaya segitu banyak. Ani ani.” Aku terus-menerus menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak setuju, “Aigo, sepertinya calon istriku ini bisa mengelola keuangan dengan baik dimasa depan.” Siwon merangkul pundakku dengan lembut. Hah, ini benar-benar menyenangkan. Berdiri berpelukan diatas kapal feri sambil menikmati angin musim gugur yang menerpa wajah kami dengan lembut. Ah, cocok sekali jika dijadikan MV.

@@@

        “Wuaaaahh, indah sekali.” Sekali lagi aku membelalakkan mata melihat pemandangan yang tersaji dihadapanku. Deretan pohon tinggi yang berjejer lurus sungguh menyejukkan mata, “Siwon-ah, neomu yeoppo.” Aku memutar-mutarkan badan menikmati sensasi udara yang sejuk, “Eits, jangan memutar-mutarkan badanmu.” Siwon kembali merengkuh pundakku dan mengajakku berkeliling, “Oh ya, kenapa kau tidak memanggilku oppa sih? Aku lebih tua 8 bulan darimu.” Aku tersenyum sambil memegang topi lebarku agar tidak terlepas karena angin yang berhembus cukup kencang, “ Arasseo, oppa.” Siwon tersenyum, “Begitu lebih baik.”

        “Oppa, kajja, kita berfoto disana.” Aku menarik tangan Siwon menuju kesebuah patung yang berbentuk ‘love’. “Permisi, bisakah anda membantu kami untuk mengambil gambar?” Siwon bertanya pada seorang yeoja muda yang sepertinya seumuran dengan kami, “Ah, tentu saja.” Yeoja manis itu bersedia membantu kami. Baik sekali.

        Selayaknya pasangan lainnya, kami berpose sampai lampu blitz dari kamera mahal Siwon menyala, “Gamsahamnida.” Aku dan Siwon membungkuk sambil mengucapkan terima kasih. Setelah itu, siwon kembali menarik pergelangan tanganku menuju kesepasang patung perunggu, “Ayo kita berfoto disini, posisinya harus sama dengan patung ini, arasseo?” Aku mengangguk. Setelah puas berfoto, Siwon mengajakku makan disebuah kedai tradisional, “Makanlah yang banyak, perjalanan kita masih panjang.” Ujarnya sambil tersenyum.

@@@

        “Apa nama jembatan ini?” Siwon membawaku kesebuah jembatan yang dipenuhi pasangan seperti kami. Jembatannya sunggung indah. “First Kiss Bridge, tempat pemain utama winter sonata melakukan first kiss.” Ahhh, untuk apa Siwon mengucapkan kata-kata ‘First Kiss’? Aku sedikit anti dengan kata-kata itu. “Kau sudah tidak kesal tentang masalah drop out itu kan?” Siwon menatapku dalam. Oh, jangan menatapku seperti itu, kau membuatku gugup Siwon, “Maka dari itu, kau jangan coba-coba menciumku disekolah. Tendanganku kemarin itu karena terkejut. Aku kan menendangmu pelan, tapi kenapa kau sampai jatuh terkapar begitu?” Semua berawal dari tendanganku. Aku hampir didrop out karena Seongsaenim salah sangka terhadap tendanganku. Aku dianggap telah membully Siwon. Astaga, yang benar saja! Bagaimana mungkin aku mempunyai niatan membully namja tampan yang ada dihadapanku sekarang. Hanya saja sikapnya waktu itu kekanakan sekali, dan itu sebuah perkecualian.

        “Mianhe.” Ujarnya sekali lagi. “Oh ya, Aku belum mempunyai bukti bahwa kau mencintaiku.” Lanjutnya serius. Aku semakin gugup. Bagaimana aku membuktikannya?

        “Kau bingungkan?” Aku mengangguk. Sungguh, aku sangat-sangat mencintainya. Tapi aku tidak tahu cara membuktikannya, “Haruskah aku melompat dari jembatan ini untuk membuktikannya?” tanyaku polos. Dia kembali tertawa. Sedetik kemudian kedua telapak tangannya memegang kedua pipi dan mulai mengarahkan wajahku menghadapnya.

        “Saranghae.” Siwon mengucapkan kata itu dengan nada yang tulus, “Nado Saranghae, oppa.” Jawabku tak kalah tulus. Dengan perlahan Siwon mulai mendekatkan wajahnya kewajahku. Tapi setelah jaraknya sangat dekat, dia berhenti. “Kau mau ini sebagai buktinya?” tanyaku dan Siwon mengangguk, “So kiss me!” Sebuah benda lembut mendarat dibibirku. Hanya menempel. Tidak lebih dan ini hanya berlangsung selama 5 detik.

        “Gomawo. Ingatlah, first kiss kita terjadi di first kiss bridge dipulau nami. Dan ingatlah aku selalu mencintaimu.” Ujar Siwon sambil memelukku erat. Hangat. Kehangatan yang aku dapat ditengah angin musim gugur yang berhembus.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar