Sabtu, 09 November 2013

First Meeting



Cast      :    *Lee Hyuk Jae (EunHyuk)
                   *Kim Hye Sung
Genre   :    Romance

Karena author lagi galau g punya inspirasi buat ngelanjutin ‘The Ghost is My Love’, author akhirnya buat FF dadakan.
Hehehe,,,
Mianhe kalau isinya nyeleneh
(awas typo)

Happy Reading

       ‘dreeesss’
       Suara hujan yang sangat deras memenuhi semua telinga orang yang berada di daerah Seoul. Tak terkecuali yeoja yang saat ini sedang berteduh dibawah halte beserta sepeda pancal merah mudanya. Bibirnya nampak sedikit bergetar menahan dingin yang merasuk hingga ketulang. Satu-satunya penghangat yang ia miliki sekarang adalah jaket merah kebesaran yang untungnya masih kering.

       “Hah, dingin.” Desahan yang tiba-tiba, membuat yeoja itu menghentikan aktifitas menggosok-gosokkan kedua tangannya sebentar. Disampingnya saat ini, terlihat seorang namja tinggi berkulit pucat sedang mengotak-atik ponselnya dengan tangan gemetar. Tubuhnya terlihat basah kuyup.
       “Aissh. Kenapa sinyalnya buruk? Brrr,,” Namja itu berteriak kesal pada handphonenya yang seakan-akan tidak dapat menangkap sinyal. Bibir namja itu terus bergetaran. Sedangkan yeoja yang disebelahnya baru menyadari, bahwa bibir namja itu telah berubah warna menjadi ungu.
       ‘Sreet’
       “Tuan, sepertinya anda sangat kedinginan. Ige, silahkan pakai ini.” Ujar wanita itu sambil menyodorkan jaket merah kebesaran yang baru saja ia lepas  dari tubuhnya.
       “Kau mencoba menggodaku?” Ujar namja itu ketus.
       “Ani. Saya hanya mencoba menolong anda. Jaket dan baju anda sudah sangat basah. Sebaiknya anda lepaskan jaket anda dan menggantinya dengan jaket ini.”
       “Jika aku memakainya, bagaimana denganmu?” Tanya namja itu dengan nada bicara yang cukup dingin.
       “Saya suka hujan.” Ujar Yeoja itu bohong. Jujur saja, yeoja ini lebih menyukai hawa hangat daripada dingin. Tapi entah kenapa, hati yeoja ini mengatakan, ia harus berkorban untuk namja yang sedang kedinginan ini.
       “Tidak perlu. Sebentar lagi akan ada mobil yang menjemputku.” Tolak namja itu lagi. Yeoja itu tersenyum. Dengan cepat ia meletakkan jaket tersebut dibangku halte dan dengan cepat mengayuh sepedanya menembus hujan.
       “Hey!” Teriak namja itu. Tapi percuma, suaranya teredam dengan suara hujan yang semakin jelas.

***

       “Mianhe ahjumma, aku terlambat.” Yeoja bernama Hye Sung itu,memasuki sebuah minimarket dengan keadaan basah kuyup. Kesepuluh jari lentiknya saling beradu berharap mendapatkan kehangatan karenanya.
       “Omo, kau ini menyusahkan saja. Palli ganti baju dan gantikan aku bertugas. Oh ya, jangan lupa setelah itu pel lantai yang basah karena kakimu ini.” Ucap ahjumma itu sambil memakai mantelnya dan bersiap untuk pulang.
       “Ahjumma, bisakah kau tunggu sebentar? Jika tidak ada yang menjaga kasir aku takut ada tangan-tangan nakal yang mencoba mengambil sesuatu.” Tanya Hye Sung takut-takut. Ahjumma itu mengedikkan kepala seakan tidak peduli.
       “Itu urusanmu Hye Sung.” Ahjumma itu memekarkan payungnya dan berlari keluar dengan payung melindungi seluruh tubuhnya. Hye Sung hanya menghela nafas sambil memanyunkan bibirnya. Dengan cepat ia pergi kekamar mandi dan mengganti seluruh pakaiannya yang basah dengan pakaian yang kering.
       Sudah setengah jam ia berdiri duduk didepan kasir tanpa melakukan apapun. Pelanggan-pelanggan yang biasanya bergantian datang untuk membeli sesuatu, saat ini tidak tampak batang hidungnya sama sekali. Wajar saja, keadaan diluar saat ini bagai badai kecil. Seharusnya minimarket ini ditutup saja. Tapi, ahjumma pemilik minimarket yang galak itu, tidak ingin kehilangan 1 sen pun uangnya  jika minimarket ini tutup sebelum waktunya.
       ‘Kliniiing’
       Lonceng yang digantungkan dipintu masuk tiba-tiba berbunyi. ‘pelanggan’ pikir Hye Sung.
       “Selamat datang.” Hye Sung membungkukkan badannya sambil mengucapkan salam. Pelanggan itu berlari kecil untuk membeli minuman hangat, seakan tidak peduli dengan salam yang ia dapat dari penjaga minimarket yang cantik itu. Hye Sung mendesah pelan saat melihat lantai yang basah karena ulah sang pelanggan.
       “Sepertinya aku harus mengepel lagi setelah pelanggan itu pergi.” Gumam Hye Sung merana.
       ‘Klontaaang’
       Hye Sung memekik kaget saat 3 kaleng minuman hangat menggelinding diatas meja kasir. Tapi anehnya, kaleng-kaleng tersebut sudah kosong.
       “Berapa semuanya?” Tanya pelanggan tersebut.
       “Semuanya 4500 won.” Ujar Hye Sung dengan ceria.
       “Oh, aku lupa, dengan ini.” Dengan tangan gemetar, pelanggan tersebut memindahkan kaleng minuman yang sudah terminum setengah dari tangannya kemeja kasir.
       “6500 won tuan.” Ulang Hye Sung. Pelanggan itu merogoh-rogoh sakunya dan mengeluarkan selembar uang. Tapi ia tidak langsung membayarkannya. Tangan kirinya merogoh-rogoh saku lainnya. Hye Sung memperhatikan pelanggannya dengan seksama. Sepertinya sang pelanggan kekurangan uang. Tiba-tiba tatapan mata Hye Sung berhenti pada jaket yang dikenakan pelanggan itu. Bukankah itu jaketnya? Jaket yang ia pinjamkan pada seorang namja dihalte tadi?
       “Eeeemm, mianhe. Bolehkah aku meninggalkan tanda pengenal? Uangku kurang 1500 won.” Tanya pelanggan tersebut sambil tersenyum memamerkan gusinya yang berwarna merah mudah cerah.
       Hye Sung tersenyum berseri. Sepertinya ia harus menolong namja itu lagi.
       “Sepertinya saya harus membantu anda lagi. Tidak perlu meninggalkan tanda pengenal. Saya akan memberi anda diskon.” Hye Sung menahan senyum melihat ekspreksi namja tersebut. Antara terkejut dan senang.
       “Anda bilang akan ada mobil yang menjemput. Tapi kenapa saya merasa anda berbohong?” Tanya Hye Sung sambil memasukkan uang 5000 won kedalam mesin cash.
       “Aaah, kau yeoja yang tadi ya? Aku tidak berbohong. Manager hyung mengirim pesan, bahwa ia tidak dapat menjemputku. Polisi melarang mobil berkendara karena sedang ada badai.” Hye Sung mengangguk.
       “Bolehkah aku membuangnya?” tanya Hye Sung sambil menunjuk 3 kaleng minuman yang isinya sudah menghilang berpindah keperut pelanggan tersebut.
       “Ah, silakan silakan.” Hye Sung membuang kaleng-kaleng tersebut ketempat sampah kecil disebelahnya.
       “Kalau begitu, aku pergi dulu dan jika aku sempat, akan kukembalikan jaket ini secepatnya.” Ujar pelanggan tersebut sambil mengeratkan jaket yang ia kenakan.
       “Mian tuan, anda tidak bisa pergi.” Ujar Hye Sung sambil menahan lengan kekar pelanggan tersebut.
       “Waegereu? Kenapa aku tidak boleh pergi? Kau bilang, kau memberiku diskon.” Tanya pelanggan tersebut jengkel. Hye Sung mengarahkan telunjuknya kearah pojok toko. Terdapat sebuah TV kecil yang menyala. TV kecil tersebut sedang menayangkan seorang pria berpakaian formal dimana tangannya sedang sibuk membolak-balik lembaran kertas.
       “Badai besar sedang melanda Seoul saat ini. Warga Seoul diharapkan tidak dalam keadaan berkendara dan harus berada ditempat yang aman. Angin yang besar ditakutkan akan menumbangkan pohon yang ada dipinggiran jalan raya Seoul....”
       “Ah, aku kira kau ingin aku tetap berada disini karena aku seorang idol. Kau tau aku kan?” Hye Sung tersenyum menghadapi pelanggan yang ada didepannya. Sungguh narsis, pikirnya.
       “Tentu saja aku tau Tuan. Kau seorang EunHyuk Super Junior kan? Bagaimana bisa seorang ELF sepertiku tidak menyadari itu. Silahkan duduk.” Hye Sung menawarkan bangku kayu yang cukup nyaman agar EunHyuk dapat mengistirahatkan kedua kakinya.
       “Tapi, kenapa kau tidak meminta tanda tanganku atau berfoto denganku?” Tanya EunHyuk jengkel. Ia merasa mempunyai fans yang tidak menganggapnya sama sekali.
       “Tuan ba...” Hye Sung menghentikan ucapannya saat melihat tangan lebar berkibas-kibas dihadapan wajahnya.
       “Panggil aku Oppa! Oppa! Cukup Oppa. Jangan Tuan.” Hye Sung mengangguk tanda ia mengerti.
       “Bolehkah aku mengatakan alasannya Oppa?” EunHyuk mengangguk.
       “Oppa, bagaimana mungkin aku meminta tanda tangan atau foto pada saat dihalte tadi? Tidak sopan menurutku ada seseorang yang kesusahan dan tidak menawarkan bantuan. Aku takut kedua hal yang kau tanyakan tadi akan mengganggumu. Tapi, sebagai fans aku sudah melindungi idolaku dengan cara meminjamkan jaketku. Mian, jaket itu tidak terlalu bagus.” EunHyuk ternganga mendengar jawaban yang dilontarkan Hye Sung. Entah kenapa ia jadi terharu. Tangannya bergerak gelisah karena kedinginan. Perutnya sedikit perih. Ia menyesel pergi dari dorm sendirian tanpa dompet yang ia miliki. Tujuannya minum sebotol Soju untuk menenangkan diri pupus. Untung dia menemukan uang 5000 won yang terletak dibawah tempat duduk halte tadi. Tanpa uang itu, ia mungkin akan mati kedinginan tanpa minuman hangat tadi.
       ‘Krrrruuuuuk’
       Hye Sung terkikik saat mendengar suara yang menurutnya lucu itu. EunHyuk hanya kembali nyengir karena tertangkap basah. Sepertinya perutnya tidak dapat diajak kompromi untuk saat ini.
       “Dan untuk ketiga kalinya aku akan menolongmu Oppa.” Hye Sung tersenyum kemudian berjalan diantara rak-rak toko yang berjejer rapi. Jari lentiknya menggenggam sebuah cup berukuran cukup besar. Dibukanya tutup cup itu dan ia mulai meracik yang ada didalamnya. Air panas yang sengaja disediakan didalam toko mengepulkan asap saat dituangkan kedalam cup itu.
       “Makanlah. Ramyun ini cukup mengenyangkan, bukan?” EunHyuk mengangguk dan bersiap memakannya.
       “Oppa, jangan memakannya dulu! Diamkan sekitar tiga menit agar mienya lembut.” Hye Sung mencoba memperingatkannya, tapi percuma. EunHyuk melahap isinya dengan semangat yang menurut Hye Sung sedikit berlebihan. Tapi itulah sisi menarik EunHyuk menurut Hye Sung. EunHyuk tidak pernah berbohong atas sifat yang ada didirinya.
       Suatu keberuntungan yang didapatkan Hye Sung ditengah badai ini. Menatap sang idola makan dengan lahap dalam jarak yang begitu dekat. Astaga, mimpi apa dia semalam?
       ‘Eeeeeggghh’
       Hye Sung menatap EunHyuk aneh, karena tanpa segan-segan EunHyuk bersendawa dengan keras.
       “Waaahh, ini enak sekali. Tidak seperti buatan magnae itu.” Hye Sung tertawa. EunHyuk membuang cup kosong tersebut ketempat sampah dan kembali duduk diatas bangku kayu. Setelah itu, tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Keduanya sedang sibuk menjelajahi pikirannya masing-masing, meskipun sepasang mata mereka tertuju pada TV yang sedang menyala.

***

       “Badainya sudah reda.” EunHyuk memulai percakapan sambil melihat keluar minimarket. Memang benar, hujan deras yang tadi mengguyur Seoul, kini tergantikan dengan hujan gerimis. Angin yang menggoyang-goyangkan pohon, kini sudah berhenti digantikan dengan angin sejuk yang menenangkan.
     “Hah, sepertinya aku harus kembali kehalte tadi. Manager Hyung sudah menjemputku disana.” Hye Sung mengangguk pelan. Rasanya belum cukup ia bersama sang idola selama beberapa jam terakhir. Ingin rasanya ia bertanya, “apakah kita dapat bertemu lagi?”. Tapi sepertinya tidak mungkin. Ia sudah tau jawabannya tanpa ia tanyakan.
       “Setelah aku pergi, bisakah kita bertemu lagi?” Hye Sung menengadahkan kepalanya menatap sosok tinggi yang ada dipinggiran pintu. Setelah beberapa detik ia terdiam, ia menganggukkan kepalanya.
       “Tentu saja Oppa. Aku masih belum mendapatkan tanda tanganmu,dan oppa juga harus mengembalikan jaket itu.” Eun Hyuk menggangguk sambil tersenyum tanda ia menyetujuinya.
       “Kalau begitu selamat tinggal. Semoga harimu menyenangkan.”
       “Kau juga Oppa.” Hye Sung membungkukkan badannya dan EunHyuk melambaikan tangannya. Pintu minimarket itu mulai tertutup saat tangan EunHyuk mulai melepaskan genggamannya diganggang pintu minimarket. Langkah kaki EunHyuk membawanya menjauh dari tempat yang memberinya kehangatan menuju kehalte yang begitu dingin. Walau begitu, hatinya tetap terasa hangat, karena ia yakin, suatu saat nanti ia akan bertemu kembali dengan seseorang yang telah membuat hatinya hangat. Kim Hye Sung.

End or TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar