Cast : *Lee
Hyuk Jae (EunHyuk)
*Kim Hye Sung
Genre : Romance
Karena author
lagi galau g punya inspirasi buat ngelanjutin ‘The Ghost is My Love’, author
akhirnya buat FF dadakan.
Hehehe,,,
Mianhe kalau
isinya nyeleneh
(awas
typo)
Happy
Reading
‘dreeesss’
Suara hujan yang sangat deras memenuhi semua telinga orang
yang berada di daerah Seoul. Tak terkecuali yeoja yang saat ini sedang berteduh
dibawah halte beserta sepeda pancal merah mudanya. Bibirnya nampak sedikit
bergetar menahan dingin yang merasuk hingga ketulang. Satu-satunya penghangat
yang ia miliki sekarang adalah jaket merah kebesaran yang untungnya masih
kering.
“Hah, dingin.” Desahan yang tiba-tiba, membuat yeoja itu
menghentikan aktifitas menggosok-gosokkan kedua tangannya sebentar.
Disampingnya saat ini, terlihat seorang namja tinggi berkulit pucat sedang
mengotak-atik ponselnya dengan tangan gemetar. Tubuhnya terlihat basah kuyup.
“Aissh. Kenapa sinyalnya buruk? Brrr,,” Namja itu berteriak
kesal pada handphonenya yang seakan-akan tidak dapat menangkap sinyal. Bibir
namja itu terus bergetaran. Sedangkan yeoja yang disebelahnya baru menyadari,
bahwa bibir namja itu telah berubah warna menjadi ungu.
‘Sreet’
“Tuan, sepertinya anda sangat kedinginan. Ige, silahkan pakai
ini.” Ujar wanita itu sambil menyodorkan jaket merah kebesaran yang baru saja
ia lepas dari tubuhnya.
“Kau mencoba menggodaku?” Ujar namja itu ketus.
“Ani. Saya hanya mencoba menolong anda. Jaket dan baju anda
sudah sangat basah. Sebaiknya anda lepaskan jaket anda dan menggantinya dengan
jaket ini.”
“Jika aku memakainya, bagaimana denganmu?” Tanya namja itu
dengan nada bicara yang cukup dingin.
“Saya suka hujan.” Ujar Yeoja itu bohong. Jujur saja, yeoja
ini lebih menyukai hawa hangat daripada dingin. Tapi entah kenapa, hati yeoja
ini mengatakan, ia harus berkorban untuk namja yang sedang kedinginan ini.
“Tidak perlu. Sebentar lagi akan ada mobil yang menjemputku.” Tolak
namja itu lagi. Yeoja itu tersenyum. Dengan cepat ia meletakkan jaket tersebut
dibangku halte dan dengan cepat mengayuh sepedanya menembus hujan.
“Hey!” Teriak namja itu. Tapi percuma, suaranya teredam dengan
suara hujan yang semakin jelas.
***
“Mianhe ahjumma, aku terlambat.” Yeoja bernama Hye Sung itu,memasuki
sebuah minimarket dengan keadaan basah kuyup. Kesepuluh jari lentiknya saling
beradu berharap mendapatkan kehangatan karenanya.
“Omo, kau ini menyusahkan saja. Palli ganti baju dan gantikan
aku bertugas. Oh ya, jangan lupa setelah itu pel lantai yang basah karena
kakimu ini.” Ucap ahjumma itu sambil memakai mantelnya dan bersiap untuk
pulang.
“Ahjumma, bisakah kau tunggu sebentar? Jika tidak ada yang
menjaga kasir aku takut ada tangan-tangan nakal yang mencoba mengambil
sesuatu.” Tanya Hye Sung takut-takut. Ahjumma itu mengedikkan kepala seakan
tidak peduli.
“Itu urusanmu Hye Sung.” Ahjumma itu memekarkan payungnya dan
berlari keluar dengan payung melindungi seluruh tubuhnya. Hye Sung hanya
menghela nafas sambil memanyunkan bibirnya. Dengan cepat ia pergi kekamar mandi
dan mengganti seluruh pakaiannya yang basah dengan pakaian yang kering.
Sudah setengah jam ia berdiri duduk didepan kasir tanpa
melakukan apapun. Pelanggan-pelanggan yang biasanya bergantian datang untuk
membeli sesuatu, saat ini tidak tampak batang hidungnya sama sekali. Wajar
saja, keadaan diluar saat ini bagai badai kecil. Seharusnya minimarket ini
ditutup saja. Tapi, ahjumma pemilik minimarket yang galak itu, tidak ingin kehilangan
1 sen pun uangnya jika minimarket ini
tutup sebelum waktunya.
‘Kliniiing’
Lonceng yang digantungkan dipintu masuk tiba-tiba berbunyi.
‘pelanggan’ pikir Hye Sung.
“Selamat datang.” Hye Sung membungkukkan badannya sambil
mengucapkan salam. Pelanggan itu berlari kecil untuk membeli minuman hangat,
seakan tidak peduli dengan salam yang ia dapat dari penjaga minimarket yang
cantik itu. Hye Sung mendesah pelan saat melihat lantai yang basah karena ulah sang
pelanggan.
“Sepertinya aku harus mengepel lagi setelah pelanggan itu
pergi.” Gumam Hye Sung merana.
‘Klontaaang’
Hye Sung memekik kaget saat 3 kaleng minuman hangat
menggelinding diatas meja kasir. Tapi anehnya, kaleng-kaleng tersebut sudah
kosong.
“Berapa semuanya?” Tanya pelanggan tersebut.
“Semuanya 4500 won.” Ujar Hye Sung dengan ceria.
“Oh, aku lupa, dengan ini.” Dengan tangan gemetar, pelanggan tersebut
memindahkan kaleng minuman yang sudah terminum setengah dari tangannya kemeja
kasir.
“6500 won tuan.” Ulang Hye Sung. Pelanggan itu merogoh-rogoh
sakunya dan mengeluarkan selembar uang. Tapi ia tidak langsung membayarkannya.
Tangan kirinya merogoh-rogoh saku lainnya. Hye Sung memperhatikan pelanggannya
dengan seksama. Sepertinya sang pelanggan kekurangan uang. Tiba-tiba tatapan
mata Hye Sung berhenti pada jaket yang dikenakan pelanggan itu. Bukankah itu
jaketnya? Jaket yang ia pinjamkan pada seorang namja dihalte tadi?
“Eeeemm, mianhe. Bolehkah aku meninggalkan tanda pengenal?
Uangku kurang 1500 won.” Tanya pelanggan tersebut sambil tersenyum memamerkan
gusinya yang berwarna merah mudah cerah.
Hye Sung tersenyum berseri. Sepertinya ia harus menolong namja
itu lagi.
“Sepertinya saya harus membantu anda lagi. Tidak perlu
meninggalkan tanda pengenal. Saya akan memberi anda diskon.” Hye Sung menahan
senyum melihat ekspreksi namja tersebut. Antara terkejut dan senang.
“Anda bilang akan ada mobil yang menjemput. Tapi kenapa saya
merasa anda berbohong?” Tanya Hye Sung sambil memasukkan uang 5000 won kedalam
mesin cash.
“Aaah, kau yeoja yang tadi ya? Aku tidak berbohong. Manager
hyung mengirim pesan, bahwa ia tidak dapat menjemputku. Polisi melarang mobil
berkendara karena sedang ada badai.” Hye Sung mengangguk.
“Bolehkah aku membuangnya?” tanya Hye Sung sambil menunjuk 3
kaleng minuman yang isinya sudah menghilang berpindah keperut pelanggan
tersebut.
“Ah, silakan silakan.” Hye Sung membuang kaleng-kaleng
tersebut ketempat sampah kecil disebelahnya.
“Kalau
begitu, aku pergi dulu dan jika aku sempat, akan kukembalikan jaket ini
secepatnya.” Ujar pelanggan tersebut sambil mengeratkan jaket yang ia kenakan.
“Mian tuan, anda tidak bisa pergi.” Ujar Hye Sung sambil
menahan lengan kekar pelanggan tersebut.
“Waegereu? Kenapa aku tidak boleh pergi? Kau bilang, kau
memberiku diskon.” Tanya pelanggan tersebut jengkel. Hye Sung mengarahkan
telunjuknya kearah pojok toko. Terdapat sebuah TV kecil yang menyala. TV kecil
tersebut sedang menayangkan seorang pria berpakaian formal dimana tangannya
sedang sibuk membolak-balik lembaran kertas.
“Badai besar sedang melanda Seoul saat ini. Warga Seoul
diharapkan tidak dalam keadaan berkendara dan harus berada ditempat yang aman.
Angin yang besar ditakutkan akan menumbangkan pohon yang ada dipinggiran jalan
raya Seoul....”
“Ah, aku kira kau ingin aku tetap berada disini karena aku
seorang idol. Kau tau aku kan?” Hye Sung tersenyum menghadapi pelanggan
yang ada didepannya. Sungguh narsis, pikirnya.
“Tentu saja aku tau Tuan. Kau seorang EunHyuk Super Junior
kan? Bagaimana bisa seorang ELF sepertiku tidak menyadari itu. Silahkan duduk.”
Hye Sung menawarkan bangku kayu yang cukup nyaman agar EunHyuk dapat
mengistirahatkan kedua kakinya.
“Tapi, kenapa kau tidak meminta tanda tanganku atau berfoto denganku?”
Tanya EunHyuk jengkel. Ia merasa mempunyai fans yang tidak menganggapnya sama
sekali.
“Tuan ba...” Hye Sung menghentikan ucapannya saat melihat
tangan lebar berkibas-kibas dihadapan wajahnya.
“Panggil aku Oppa! Oppa! Cukup Oppa. Jangan Tuan.” Hye Sung
mengangguk tanda ia mengerti.
“Bolehkah aku mengatakan alasannya Oppa?” EunHyuk mengangguk.
“Oppa, bagaimana mungkin aku meminta tanda tangan atau foto
pada saat dihalte tadi? Tidak sopan menurutku ada seseorang yang kesusahan dan
tidak menawarkan bantuan. Aku takut kedua hal yang kau tanyakan tadi akan
mengganggumu. Tapi, sebagai fans aku sudah melindungi idolaku dengan cara
meminjamkan jaketku. Mian, jaket itu tidak terlalu bagus.” EunHyuk ternganga
mendengar jawaban yang dilontarkan Hye Sung. Entah kenapa ia jadi terharu. Tangannya
bergerak gelisah karena kedinginan. Perutnya sedikit perih. Ia menyesel pergi
dari dorm sendirian tanpa dompet yang ia miliki. Tujuannya minum sebotol Soju
untuk menenangkan diri pupus. Untung dia menemukan uang 5000 won yang terletak
dibawah tempat duduk halte tadi. Tanpa uang itu, ia mungkin akan mati
kedinginan tanpa minuman hangat tadi.
‘Krrrruuuuuk’
Hye Sung terkikik saat mendengar suara yang menurutnya lucu
itu. EunHyuk hanya kembali nyengir karena tertangkap basah. Sepertinya perutnya
tidak dapat diajak kompromi untuk saat ini.
“Dan untuk ketiga kalinya aku akan menolongmu Oppa.” Hye Sung tersenyum
kemudian berjalan diantara rak-rak toko yang berjejer rapi. Jari lentiknya
menggenggam sebuah cup berukuran cukup besar. Dibukanya tutup cup itu dan ia mulai
meracik yang ada didalamnya. Air panas yang sengaja disediakan didalam toko
mengepulkan asap saat dituangkan kedalam cup itu.
“Makanlah. Ramyun ini cukup mengenyangkan, bukan?” EunHyuk mengangguk
dan bersiap memakannya.
“Oppa, jangan memakannya dulu! Diamkan sekitar tiga menit agar
mienya lembut.” Hye Sung mencoba memperingatkannya, tapi percuma. EunHyuk
melahap isinya dengan semangat yang menurut Hye Sung sedikit berlebihan. Tapi itulah
sisi menarik EunHyuk menurut Hye Sung. EunHyuk tidak pernah berbohong atas
sifat yang ada didirinya.
Suatu keberuntungan yang didapatkan Hye Sung ditengah badai
ini. Menatap sang idola makan dengan lahap dalam jarak yang begitu dekat. Astaga,
mimpi apa dia semalam?
‘Eeeeeggghh’
Hye Sung menatap EunHyuk aneh, karena tanpa segan-segan
EunHyuk bersendawa dengan keras.
“Waaahh, ini enak sekali. Tidak seperti buatan magnae itu.”
Hye Sung tertawa. EunHyuk membuang cup kosong tersebut ketempat sampah dan
kembali duduk diatas bangku kayu. Setelah itu, tidak ada pembicaraan diantara
mereka berdua. Keduanya sedang sibuk menjelajahi pikirannya masing-masing, meskipun
sepasang mata mereka tertuju pada TV yang sedang menyala.
***
“Badainya sudah reda.” EunHyuk memulai percakapan sambil
melihat keluar minimarket. Memang benar, hujan deras yang tadi mengguyur Seoul,
kini tergantikan dengan hujan gerimis. Angin yang menggoyang-goyangkan pohon,
kini sudah berhenti digantikan dengan angin sejuk yang menenangkan.
“Hah, sepertinya aku harus kembali kehalte tadi. Manager Hyung
sudah menjemputku disana.” Hye Sung mengangguk pelan. Rasanya belum cukup ia
bersama sang idola selama beberapa jam terakhir. Ingin rasanya ia bertanya, “apakah
kita dapat bertemu lagi?”. Tapi sepertinya tidak mungkin. Ia sudah tau
jawabannya tanpa ia tanyakan.
“Setelah aku pergi, bisakah kita bertemu lagi?” Hye Sung
menengadahkan kepalanya menatap sosok tinggi yang ada dipinggiran pintu.
Setelah beberapa detik ia terdiam, ia menganggukkan kepalanya.
“Tentu saja Oppa. Aku masih belum mendapatkan tanda tanganmu,dan
oppa juga harus mengembalikan jaket itu.” Eun Hyuk menggangguk sambil tersenyum
tanda ia menyetujuinya.
“Kalau begitu selamat tinggal. Semoga harimu menyenangkan.”
“Kau juga Oppa.” Hye Sung membungkukkan badannya dan EunHyuk
melambaikan tangannya. Pintu minimarket itu mulai tertutup saat tangan EunHyuk
mulai melepaskan genggamannya diganggang pintu minimarket. Langkah kaki EunHyuk
membawanya menjauh dari tempat yang memberinya kehangatan menuju kehalte yang
begitu dingin. Walau begitu, hatinya tetap terasa hangat, karena ia yakin,
suatu saat nanti ia akan bertemu kembali dengan seseorang yang telah membuat
hatinya hangat. Kim Hye Sung.
End or TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar