Cast : *Choi Siwon
*Lee
Hyun Kyo
*Cho KyuHyun
*Other Cast
Genre : Romance,
fantasy
Oksigen. Apakah oksigen sudah punah?
Kenapa aku tidak bisa menghirupnya? Dadaku sesak. Siapapun tolong aku!
“Bangunlah! Kau tidak malu? Semua orang
memandangmu heran.”
Malu? Tentu saja aku malu karena
terjatuh tanpa sebab. Tapi rasa sakit dihatiku mengalahkan segalanya.
Tangan kekar itu menahan tubuhku dan
mendudukkan ku dibangku taman yang menurutku untuk saat ini terlihat suram.
“Kau ingin kerumah KyuHyun?”
Aku semakin menangis keras setelah
mendengar nama KyuHyun.
“Hey, sudahlah! Ini sudah takdir dari
Tuhan.”
“Kenapa kau bersikap seperti ini
Siwon-ssi? Aku tahu kau juga sedih karena kehilangannya. Tapi kenapa kau
bersikap seakan tidak ada apa-apa? Dia temanmu Siwon-ssi. Ani, dia sahabatmu!”
Entah mengapa aku sangat marah dengan
sikap yang ditunjukkan oleh Siwon didepanku. Aku tahu dia sangat sedih. Tapi
dia juga tidak perlu sok tegar seperti ini. Apakah dia tidak sadar matanya
terlihat sangat bengkak?
“Aku tidak perlu memamerkan tangisan
dihadapan orang banyak. Bukankah tangisan tidak dapat merubah segalanya?
KyuHyun juga tidak akan pernah kembali jika aku menangis. Aku juga sudah puas
menangis semalam.”
Aku terkejut mendengar jawabannya yang
terdengar bijaksana.
“Bagaimana aku bisa sepertimu Siwon-ssi?
Aku tidak bisa menghentikan, hikss, tangisanku.”
Siwon tersenyum mendengar tangisanku
yang seakan tidak pernah berhenti. Aish, dasar namja abnormal!
“Kajja kita kekediaman keluarga Cho.”
Saat ini aku hanya robot. Robot yang
selalu mengikuti arahan sang remote control, yaitu Choi Siwon.
***
Langkah kecil kakiku membawaku menuju
suatu ruangan. Ruangan yang didalamnya penuh dengan orang berbaju hitam dan
pipi basah. Tepat ditengah ruangan, foto berukuran sedang terpajang. Foto
tersebut dikelilingi oleh bunga-bunga yang sangat segar dan dua lilin yang
meneranginya. Lelaki tampan difoto tersebut tersenyum bahagia. Kontras sekali
dengan keadaan orang-orang yang terduduk sedih diruangan ini.
Tanpa sadar kedua lututku telah
membentur lantai kayu dengan keras. Tangisku kembali pecah. Ingin sekali aku
menggerakkan bibir ini hanya untuk sekedar berkata, “Annyeong”. Tapi bibirku serasa terkunci. Aku mendadak
bisu untuk saat ini. Didepannya (lagi) aku hanya bisa menunjukkan tangisanku.
“Sudahlah.”
Tangan kekar Siwon menepuk-nepuk
punggungku mencoba menenangkan.
“Hyun Kyo, akhirnya kau datang.”
Suara itu. Suara yang 1 bulan ini sangat
kurindukan. Suara yang selalu ada saat aku membutuhkannya.
Tiba-tiba sepasang tangan kecil memeluk
tubuhku yang sangat rapuh ini. Pelukan hangat yang juga ku rindukan.
“Ga Eun, kenapa kau tidak
menjaganya? Bukankah aku sudah
merelakannya. Kenapa dia seperti ini?”
Aku menangis pilu dibahu Ga Eun. Ga Eun
mengelus rambut halusku dengan pelan.
“Mianhe Hyun Kyo, dan untuk sesaat
berhentilah menangis!”
Ga Eun menghapus air mataku dengan
lembut.
“Ada sesuatu hal yang perlu kau
ketahui.”
Lanjut Ga Eun. Raut wajahnya berubah
serius. Matanya juga terlihat bengkak.
“Sebenarnya,,”
Belum sempat Ga Eun melanjutkan
kata-katanya, angin berhembus sangat kencang. Salah satu lilin yang menerangi
foto KyuHyun padam.
“Angin ini berasal darimana? Bukankah
ini ruangan tertutup.”
Gumaman Siwon terdengar jelas ditelingaku.
Semua orang yang berada diruangan ini menghentikan tangisannya dan juga
bergumam seperti Siwon.
“Mungkin hanya kebetulan saja.”
Ujar Ga Eun tenang.
“Hyun Kyo, sebenarnya...”
‘Braaaak’
Hembusan angin yang keras itu datang
kembali. Tapi bukan hanya lilin saja yang padam kali ini. Salah satu karangan
bunga yang ada didepan pintu roboh karena terjangan angin. Dengan cepat,
seorang lelaki paruh baya yang mirip dengan KyuHyun datang menghampiri Siwon.
“Siwon-ah, cepat betulkan karangan bunga
itu! Appa sedang menemui tamu yang datang.”
Ternyata ayah siwon. Tapi kenapa mirip
KyuHyun? Menemui tamu?
“Siwon, apakah hal yang ia katakan akan
benar-benar terjadi?”
Tanya Ga Eun pada Siwon saat Siwon
kembali ketempat awal kami berdiri. Nada bicara Ga Eun kali ini terlihat
ketakutan.
“Apa maksud kalian?”
Tanyaku saat sudah mulai menguasai diri.
“Lebih baik kau ku antar pulang Hyun
Kyo. Kau butuh ketenangan diri.”
Kali ini sang remote control memerintahkanku
sang robot untuk pulang kerumahnya. Dan sekali lagi, sang robot menurutinya.
***
“Benarkah KyuHyun sudah pergi?”
Tanyaku pada benda mati yang sangat
disukai anak-anak dan perempuan, yaitu boneka. Seperti orang gilakan?
“Tedy! Kau menyebalkan! Kenapa tidak
menjawabku? Kau sama seperti Siwon.”
Aku melemparkan boneka tedy ku ke pojok
kamar. Berbaring dan mencoba tidur sepertinya bukan hal yang buruk. Tapi tiba-tiba
kepalaku berdenyut nyeri. Ah, pasti karena terlalu banyak menangis.
Aku berjalan menuju dapur untuk
mengambil kotak P3K.
“Aku letakkan dimana ya?”
Gumamku saat menyadari aku tidak dapat
menemukannya. Aah, kepalaku jadi semakin sakit.
‘Braak’
Tiba-tiba tumpukan buku resep yang
berada diatas rak terjatuh.
“Kenapa terjatuh?”
Dengan menahan sakit, aku mencoba
membereskan buku resep masakan yang berceceran diatas lantai. Saat akan
menaruhnya kembali ketempat semula, sesuatu menarik perhatianku.
“Kotak P3K! Ternyata kau ada dibalik
tumpukan resep.”
Ucapku gembira karena berhasil menemukan
kotak P3K.
***
‘Tak’
“Ouch”
Aku mengelus pelan ubun-ubun ku karena
sesuatu yang keras dan kecil berhasil mendarat dengan keras diatasnya.
“Hyun Kyo! Jangan hanya melihat kearah
jendela! Apa kau mau kulempar dengan 1 kardus tutup spidol?”
Ah, ternyata tutup spidol.
“Jeongseomnida seongsaenim.”
Aku menundukkan kepalaku sambil meminta
maaf. Sebenarnya aku tidak memandang jendela, aku memandang bangku KyuHyun yang
saat ini terisi, Siwon? Ah, namja itu.
***
“Kau disini?”
Aku tahu itu suara Siwon.
“Wae? Apa kau melarangku kemakam
KyuHyun?”
Siwon tersenyum lalu ikut berjongkok
disebelahku.
“Ani, justru aku sangat senang.”
“Ku perhatikan, setelah KyuHyun
meninggal, kau semakin banyak bicara. Ada apa denganmu?”
Ekspresi wajah Siwon berubah. Ekspresinya
seperti pencuri yang tertangkap basah sedang melakukan aksinya.
“Ah, jinjja? A,, aku tidak menyadarinya.”
Aku menatapnya aneh. Sebenarnya apa yang
Siwon rahasiakan?
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar