Jumat, 04 Oktober 2013

Namja Under the Maple Tree (Super Junior Fanfiction)


Cast  : *Lee Hyun Kyo
            *Choi Siwon
            *Other cast
Genre : Romance
Rating : G
Leght : Oneshoot


Angin disore yang indah. Terdengar sejuk bukan? Tentu saja. Setiap sore aku selalu rutin mengunjungi taman kota seoul ini. Selain karena anginnya, tentu saja karena pemandangannya. Pemandangan yang disuguhkan,  membuat semua bebanku terasa hilang. Dan satu lagi, lelaki tampan yang selalu duduk dibawah pohon mapel rindang itu, kini menjadi salah satu alasan baru mengapa aku selalu datang ketaman kota ini. Lelaki yang menurutku tidak pernah melepaskan earphone hitam dari telinganya, terlihat sangat menarik dimataku. Dia selalu membawa buku untuk dibacanya. Entahlah aku tidak tau buku apa itu. Dan yang pasti, dia akan selalu menyelesaikan membaca buku yang dibawanya saat ia sudah duduk dibawah pohon itu.
“Siwon, kau sedang apa disini? Sebaiknya kau kelapangan sekarang! Kau tidak tau jika sekarang ada latihan untuk pertandingan bulan depan?”
Seorang lelaki yang membawa bola basket ditangan kirinya menghampiri lelaki itu yang selalu kulihat beberapa waktu ini. Aaahh, jadi namanya Siwon.
“Aku tau. Tapi bisakah kau tinggalkan aku sekarang. Aku hanya ingin sendiri.”
Kudengar lelaki yang dipanggil Siwon membalas perkataan temannya dengan nada yang dingin.
“Ahh, kau selalu begini. Baiklah kalau begitu.”
Lelaki yang memegang bola basket itu menepuk keras bahu Siwon dan berlalu meninggalkannya sambil bersiul. Ahh, aku pandai mencuri dengarkan? Telingaku sangat peka untuk hal seperti ini. Dan untuk selanjutnya, aku akan terus duduk ditaman ini sambil sesekali mencuri pandang kearah Siwon. Dan seperti biasa dengan sangat kecewa aku harus pergi dari taman ini sebelum Siwon pergi. Karena waktuku bekerja sudah tiba.

***

Kuhapus keringat yang mengalir dipelipisku dengan letih. Aku bekerja sebagai pelayan dikedai rumahan dekat halte bus. Aku pelayan satu-satunya disini. Aku cukup beruntung mendapat pekerjaan mengingat statusku hanya lulusan SMA.
“Hyun Kyo, siapkan 1 porsi sup kimchi dan 1 mangkuk nasi.”
“Nde Ahjumma.”
Dengan sigap aku melakukan apa yang ahjumma suruh. Tidak sampai sepuluh menit, hidangan sudah siap dinampan dan akan segera aku antarkan kemeja pesanan.
“Ahjumma, meja nomer berapa yang memesan sup kimchi?”
Aku sedikit berteriak karena keadaan restauran yang saat ini cukup ramai.
“Aah, itu, meja nomer 5.”
Ahjumma menunjuk meja kayu dekat jendela dengan telunjuknya. Oh, apa aku tidak salah lihat? Lelaki yang bernama Siwon sedang duduk diatas bangkunya. Tentu saja dengan Earphone yang masih melekat ditelingnya. Pandangannya tertuju pada jendela kaca tembus pandang, dimana dibaliknya kendaraan dengan ramainya hilir mudik. Aku melangkahkan kaki gugup menuju meja nomer 5 itu. Tunggu dulu, untuk apa aku harus gugup? Bukankah Aku tidak salah apa-apa? Dan dia juga tidak mengenaliku?
“Ige, pesanan anda.”
Ucapanku membuat pandangan Siwon beralih dari kaca jendela menuju kewajahku. Astagaaaa, wajahnya begitu tampan.
“Oh nde. Gamsahamnida.”
Ucapnya sambil tersenyum. Oh Tuhan, senyumnya membuatku seakan tidak bisa menghirup oksigen. Aku butuh oksigen sekarang juga.
“Oh ya, aku pesan 1 botol soju dingin. Maaf tadi aku lupa memesannya.”
Ucapnya kembali. Aku mengangguk dan dengan cepat menuju kemesin pendingin untuk mengambilkan pesanannya. Ah, sepertinya hari ini hari keberuntunganku.

***

Aku kembali duduk dibangku taman kota Seoul. Kali ini aku membawa alat lukisku sebagai teman untuk mengabadikan wajah Siwon diatasnya. Aku merogoh tas ku untuk mengambil pensil dan penghapus. Setelah kudapatkan, kualihkan pandanganku dibawah pohon mapel. Heeii, sejak kapan Siwon duduk disitu? Kali ini dia menggunakan sweater rajutan hijau dengan celana jeans biru tua. Dan kali ini, buku yang ia bawa bersampul biru senada dengan celana yang ia pakai. Aku mulai menggoreskan pensil hitamku keatas kertas putih halus dengan hati-hati. Sedetail mungkin aku melukis makhluk indah ciptaan Tuhan itu. Aah, akhirnya selesai juga. Sayangnya lukisan ini hanya berwarna hitam putih. Dan jika aku mempunyai uang lebih, aku akan membeli cat lukis yang berkualitas bagus untuk mewarnai lukisan Siwon ini. Andaikan aku bisa mengenalmu lebih dekat Siwon-ssi.

***

“Hyun Kyo-ah, kau mau mengantarkan pesanan kealamat ini?”
Ahjumma pemilik kedai menyodorkan kertas kecil yang diatasnya tertulis alamat dengan tinta hitam.
“Nde ahjumma. Tentu saja aku mau. Tapi apa kau tidak kerepotan menjaga kedai sendirian?”
Tanyaku sedikit khawatir.
“Kedai cukup sepi untuk hari ini. Maka dari itu cepatlah sebelum kedai ini ramai.”
Ahjumma pemilik kedai tersenyum dan aku hanya mengangguk.

***

Tiingg
Ku tekan tombol yang ada dipagar rumah mewah itu. Sedari tadi aku berpikir, bagaimana bisa rumah semewah ini memesan makanan dikedai pinggir jalan? Bukankah biasanya direstoran mewah?
‘Krieett’
Aku melompat kecil saat pintu gerbang didepanku terbuka sendiri. Omo, apa hantu yang membukanya?
“Masuk saja! Aku menunggu didepan pintu.”
Sebuah suara terdengar dari arah intercom. Aah, pasti pemilik rumah.
“Nde.”
Aku menjawabnya dan dengan cepat menyeberangi halaman luas itu menuju kearah pintu dimana seseorang tengah bersandar kedinding sambil memegang beberapa lembar uang ditangan kanannya.
“Ige pesanan anda.”
“Nde, gamsahamnida.”
Ia menyodorkan beberapa lembar uang dan ternyata uangnya lebih.
“Ahh, Chakamman! Ini kembalian an..”
Astaga Tuhan! Aku baru sadar, orang yang ada dihadapanku adalah Siwon. Namja tampan dibawah pohon mapel.
“Untukmu saja.”
Ucapnya cepat sambil menutup pintu mewah dengan keras dihadapan wajahku. Aishh, lelaki ini sungguh tidak sopan. Tapi tampan. Hehehehe.

***

Namja dibawah pohon mapel. Kali ini dia kembali memakai sweater dengan celana jeans. Tapi tentu saja dengan warna berbeda. Sweater merah dan jeans putih tampak sangat sempurna jika dipakainya. Tapi sepertinya ada yang berbeda dari namja itu. Rambut yang awalnya sedikit panjang dengan poni menutupi dahinya kini telah berubah. Rambutnya dipotong sedikit lebih pendek dan kini ia menunjukkan dahi indahnya. Oh, dia semakin tampan.
“Oppa, kenapa kau tidak mengangkat telponku?”
Aku mengalihkan pandanganku kearah yeoja yang berdiri tidak terlalu jauh ditempat dimana Siwon duduk.
“Oppa!”
Ulang yeoja itu gemas. Pasti ia jengkel karena Siwon tidak mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca. Apa yeoja itu bodoh? Apa ia tidak tahu jika ada earphone yang menempel ditelinga Siwon?
“Oppa!”
Kali ini ia berpindah posisi menuju kearah depan Siwon. Dan tampaknya kali ini Siwon menyadari ada seseorang yang mungkin akan mengusiknya.
“Emm, sedang apa kau disini?”
Tanyanya sambil melepaskan earphone yang menempel ditelinganya.
“Tentu saja karena merindukan oppa.”
Ucap yeoja itu sambil mengedip-ngedipkan matanya genit. Omo, ekspresinya membuatku mual.
“Oppa, kau tidak merindukanku?”
Kali ini yeoja itu kembali mengubah posisinya menjadi duduk disebelah Siwon.
“Ne, oppa juga merindukanmu Rin Na.”
Oh Tuhan. Ini pertama kalinya aku memohon padamu agar jarak antara pohon mapel dan bangku tempat kududuk sedikit dijauhkan. Aku tidak kuat mendengar perkataan antara Siwon dan yeoja cantik itu.
Chuup
Yeoja itu mengecup singkat bibir Siwon. Oh Tuhan, ini sungguh buruk. Aku tidak sanggup melihat pemandangan itu lagi. Dengan segera aku beranjak dari bangku taman dan berlari menuju kedai tempatku bekerja

***

Sudah beberapa minggu ini aku tidak mengunjungi taman kota Seoul itu lagi. Entahlah, aku sangat malas. Jujur, aku sangat merindukan Siwon. Rindu sekali. Tapi aku berpikir, untuk apa mencintai seseorang yang bahkan tidak mengenaliku sama sekali. Bagaikan mengharap mendapatkan sesuatu yang tidak ada diduniakan?
“Hyun Kyo! Siapkan 2 porsi bulgogi dan 1 botol Soju untuk meja nomer 2.”
“Nde Ahjumma.”
Seperti biasa, tidak sampai 10 menit pesanan tersebut sudah tertata rapi diatas nampan. Dengan langkah lesu aku menuju meja nomer 2.
“Ige pesanan anda.”
Aku menatanya diatas meja.
“Gamsahamnida. Tapi bisakah kau menemaniku memakan pesanan ini? Aku tidak sanggup menghabiskan 2 porsi sekaligus.”
Aku mendongakkan kepalaku kearah sipemesan. Omona, sipemesan itu ternyata Siwon. Namja tampan dibawah pohon mapel itu.
“Mi,, mianhe. Tapi aku harus bekerja.”
Aku membungkukkan badan dan berbalik untuk menyembunyikan wajahku yang memerah.
Greep
Omo, apa dia yang menggenggam pergelangan tanganku? Tuhan, jika ini mimpi tolong jangan bangunkan aku.
“Jebal.”
Ucapnya. Aku membalikkan tubuhku dan mengangguk. Siwon menuangkan Soju kedalam gelas kecil yang ada dihadapan ku.
“Ahjumma pemilik kedai ini begitu baik. Dia mengijinkanmu istirahat sejenak.”
Siwon mengarahkan jempolnya kearah ahjumma, dan ahjumma membalasnya dengan jempolnya juga.
“Kemana saja kau selama ini? Aku selalu menunggumu dibawah pohon mapel.”
Tanya Siwon setelah meminum Sojunya dalam sekali tegukan.
“Nde? Apa maksudmu?”
Aku kaget mendengar perkataan Siwon.
“Makanlah.”
Ucapnya sambil tersenyum.
“Jawab dulu perkataanku!”
Ucapku sedikit jengkel. Siwon mengunyah perlahan daging yang ada dimulutnya kemudian menatap ku dengan tajam.
“Aku pengagum rahasiamu. Dari awal aku melihatmu, aku langsung tertarik padamu. Aniya. Mencintaimu. Bisa disebut love at first sight.”
Aku tercengang mendengar ucapannya.
“Wanita yang waktu itu..”
“Dia hanya seseorang yang mengagumiku. Dan aku hanya menganggapnya adik. Hah, aku sangat khawatir melihatmu berlari meninggalkan taman pada saat itu.”
Aku masih menatapnya dengan heran. Kagum akan ketampanannya. Tiba-tiba kurasakan sentuhan hangat yang tercipta diatas tangan kananku.
“Aku benar-benar mencintaimu. Jeongmal. Maukah kau menjadi kekasihku?”
“Kau tidak mengenalku dengan cukup baik Siwon-ssi.”
Aku melepaskan genggamannya. Tetapi dengan cepat ia menggenggam tanganku kembali.
“Kita akan saling mengenal jika bersama.”
Dia tersenyum sambil terus menggenggam tanganku erat.
“Bagaimana, apa kau mau menjadi kekasihku?”
Lanjutnya. Aku tersenyum sambil melepaskan genggaman tangannya. Dia terlihat kaget. Dengan cepat kuambil potongan kecil daging dan menyuapkan kedalam mulutnya.
“Ini yang selalu aku lakukan untuk orang yang aku cintai Siwon-ssi.”
Ucapku sambil tersenyum saat melihat wajahnya yang polos terlihat terkejut. Dan tidak lama kemudian, kami tertawa bersama karena kebahagian yang tercipta ini. Apakah aku akan bahagia selamanya bersama Siwon? Aku harap begitu.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar