Cast :
·
Park Jung Soo (Leeteuk)
·
Kang Sora
·
Cho KyuHyun
·
Super Junior member
Genre:
·
Sad
·
Happy
·
Romance
Annyeong!!
Author balik lagi
setelah sekian lama modem nggak keisi-isi kuota *Author Kere*
Ada yang kangen nggak?
*NGGAAAAK*
Kali ini FF Oneshoot
dengan cast utama Leeteuk oppa. Author pake’ cast yeojanya Kang Sora, soalnya
author suka banget pasangan ini :D
Bagi yang nggak suka,
boleh komen dan protes, tapi pake’ kata-kata sopan ya! Ntar author ganti cast
yeojanya untuk FF Leeteuk selanjutnya.
Sorry kalau feel-nya
nggak dapet dan ceritanya nggak cocok sama judulnya. FF ini hanya salah satu
hasil dari hobby menulis author yang tanpa di sertai bakat. Dan juga hati-hati
dengan TYPO.
Keterangan :
tulisan bercetak miring dan tebal berarti Flash back
HAPPY READING \(^0^)/
‘jeeeeeezzzzz’
Suara kereta yang
sedang melaju keras di atas rel, membuat telinga Sora berdengung. Sebagian
rambutnya ia sisipkan ke belakang telinga saat angin mulai menggoyangkannya.
Sesekali tangannya saling bergesek cepat untuk mengurangi rasa dingin.
“Oppa!” desahnya pelan
saat kereta perlahan-lahan berhenti di depannya. Orang-orang berpakaian formal
terlihat terburu-buru keluar dari pintu kereta dengan wajah lelah. Mata Sora
terus memandang pintu kereta yang terbuka dengan intens.
“Dia tidak akan
datang.” Sebuah suara membuat Sora mengalihkan pandangannya dari pintu yang
masih memuntahkan beberapa manusia berwajah lelah.
Sora tersenyum meremehkan
kepada seseorang yang menegurnya, “Kenapa kau begitu yakin?” ujar Sora sambil
kembali memandang pintu kereta yang perlahan menutup.
“Andwe!” seketika Sora
berlari ke arah pintu kereta dan berteriak tanpa mempedulikan orang-orang yang
berada di sekitarnya. Sora mulai memukul-mukul pintu besi itu dengan kepalan tangannya
yang kini mulai memerah, “Sora-ssi, Sora-ssi kumohon hentikan! SORA-ssi!”
Sora perlahan menurut
dan mulai menghentikan pukulannya. Tubuh ringkihnya perlahan merosot dan
terduduk di atas lantai semen yang dingin. Angin musim gugur kembali berhembus
dan menerbangkan surai coklat milik sora sehingga menampilkan leher jenjangnya
yang indah.
“Jebal, jangan begini!
Jangan menyiksa dirimu seperti ini!” kesupuluh jari lentik Sora kini telah
menutupi seluruh wajahnya yang memerah, “Untuk apa kau mencampuri urusanku?
Lebih baik kau pergi dari hadapanku! Aku ingin sendiri.”
Sejenak mereka terdiam
menyelami pikiran masing-masing, hingga beberapa saat, seseorang dari mereka
mulai membuka pembicaraan, “Karena Leeteuk Hyung pernah berpesan kepadaku untuk
menjagamu hingga dia kembali.”
***
Sora mulai mengikat
rambut panjangnya menjadi satu kemudian mengambil handuknya dan keluar dari
kamar, “Oppa! Aku akan berolahraga pagi. Aku harus sehat agar bisa menunggu mu,
ya kan?” ujar Sora pada sebuah foto yang menampilkan dirinya dan seorang pria
berlesung pipi saling merangkul sambil menempelkan kedua pipinya satu sama lain.
Sora tersenyum sambil meletakkan kembali foto itu di atas meja kecil.
‘Krieeet’
“Baaaaaaa!” Sora
terlonjak kaget saat sebuah suara mengagetkannya. Tanpa sengaja, sikunya
menyenggol vas yang berada di atas nakas dan menimbulkan suara yang memekakan
telinga.
“Leeteuk Oppa!
Kau mengagetkanku saja! Aigo, vas bungaku jadi pecah.” Jemari Sora mulai
merapikan pecahan vas itu dengan perlahan-lahan. Tiba-tiba, sebuah telapak tangan
yang sedikit kasar khas laki-laki menghentikan pergerakan Sora.
“Mianhe, biar
aku saja yang membereskan. Kau ganti baju dan kita akan berolahraga pagi,
arra?” Leeteuk tersenyum ke arah Sora yang kini tampak mengangguk, “Arraseo
oppa! Hati-hati! Jangan sampai membuat jari kasarmu terluka.” Ujar Sora dengan
nada mengejek.
“Awas kau ya!”
Leeteuk tertawa perlahan saat Sora kini tengah berlari kecil menuju kamarnya
sambil menjerit pelan. Kepala Leeteuk tergeleng sebentar, “Ouch!” pekik Leeteuk
tertahan saat merasa sebuah benda tajam menggores dalam telunjuknya.
“Oppa, apa kau
sudah selesai? Aku sudah siap.” Leeteuk buru-buru menyembunyikan jarinya yang
terluka di balik kantongnya, “Nde, kajja.”
Seakan lupa dengan
lukanya yang sengaja di sembunyikan, Leeteuk mulai menyodorkan tangannya untuk
menggandeng tangan halus Sora, “Oppa, telunjukmu! Aish, aku kan sudah bilang
kau harus hati-hati.”
Leeteuk
menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan jemarinya yang sehat ketika melihat
Sora mulai menggerutu sambil mencari-cari kotak P3K yang Sora lupa letaknya
dimana, “Dikamar.” Ujar Leeteuk sambil menahan senyumnya.
“Aaah, benar.”
Sora mulai berlari menuju kamar dan kembali dengan kotak P3K ditangannya. Sebuah
kapas putih yang telah di teteskan cairan antiseptik kini menutupi jari Leeteuk
yang terluka, “Lukanya tidak terlalu dalam. Ah, aku menggunakan plester yang
mana ya?” gumam Sora sambil melihat beberapa plester bermotih kartun hewan.
“Kau pasti akan
memilih bebek, ya kan?” Sora tersenyum kemudian mengangguk. Plester tersebut membalut
rapi telunjuk Leeteuk menggantikan kapas kecil yang sudah di buang oleh Sora. Sora
tersenyum puas, “Bakat ku untuk menjadi dokter begitu terlihat ya?”
“Haissh, kau
mulai membanggakan dirimu lagi. Kajja, kita lari pagi.” Ujar Leeteuk kembali
menyodorkan tangannya untuk menggandeng Sora, “Kajja!”
“Leeteuk, oppa!” Sora terkejut
saat pintu dengan tiba-tiba terbuka. Hanya Leeteuk yang membuka pintu apartemen
Sora tanpa ketukan dan hanya Leeteuk yang mengetahui passwordnya selain orang
tuanya, “Aahh, mianhe. Aku pikir ini anjingmu yang mencoba masuk melalui pintu
yang sedikit terbuka ini.”
Seorang ahjumma
terlihat menggendong seekor anjing kecil berbulu putih lebat dengan totol hitam
menghiasi salah satu bagian matanya, “Ah, benar ini anjingku. Gamsahamnida
ahjumma.”
Ahjumma itu
menyerahkan anjing itu dan membungkukkan badannya kemudian pergi. Sora teringat
ia lupa menutup pintu ketika ia masuk rumah setelah membeli sesuatu pagi ini,
“Mianhe, aku sempat melupakanmu sebentar.” Ujar sora sambil menggaruk telinga
anjing kecilnya.
***
“Hah hah hah.” Nafas
Sora terdengar begitu berat setelah melakukan lari kecil selama 20 menit
mengelilingi taman yang berada di pinggiran sungai Han. Di usap tengkuknya yang
terasa lengket dengan handuk kecil yang ia bawa dari rumah.
“Minum?”
“Huaah,
gamsahamnida oppa!” Sora meneguk air tersebut dengan antusias, “Ah, segar.”
Tangan sora mengusap air yang sedikit menetes di bibirnya. Ia tersenyum ke arah
Leeteuk.
“Gamsahamnida
selalu ada untukku.” Sora menggenggam tangan hangat Leeteuk dengan erat, tapi
Leeteuk menepisnya, “Aku ingin di peluk. Hehehehe,,”
Tanpa sadar air mata
Sora telah terjatuh. Ia menggeleng perlahan sambil mencoba kembali tersenyum.
***
“Oppa,
kau mencintaiku?” bisik Sora pada Leeteuk yang sedang menuliskan sesuatu di
atas berkas-berkas yang terlihat rumit, “Tentu saja sayang.” Ujar Leeteuk tanpa
mengalihkan perhatiannya dari tumpukan berkas-berkas yang sangat tebal.
“Kau
bekerja terlalu keras, oppa. Kajja, ini sudah jam makan siang.” Tangan Sora
memijat bahu lebar Leeteuk yang terlihat kaku. Leeteuk mengelus tangan Sora
hangat sambil meremasnya sedikit, “Hah, kau benar, kajja kita makan siang.”
Leeteuk
berdiri kemudian merangkul bahu Sora dan menggiringnya keluar kantor, “Kau
ingin makan apa?” tanya Leeteuk pada Sora, “Apa saja asal kau menyukainya.”
Sora
menatap gedung yang ada di depannya dengan pandangan sendu, “Oppa, jam segini
biasanya kau selalu bekerja. Oppa, eodiga?” mata Sora saling berkedip berusaha
menahan air mata yang memaksa menembus keluar.
‘drt
drt drt’
“Yeoboseyo?
Nde. Arrasseo.” Sora segera berlari menuju halte bus untuk menunggu bus yang
akan mengantarnya ke suatu tempat.
***
“Ada
apa oppa memanggil ku kemari? Apa ada kabar yang harus aku ketahui?” tanya Sora
pada sekumpulan namja tampan yang membukakan pintu suatu ruangan.
“Ani,
kami pikir kau kesepian semenjak Leeteuk hyung tidak ada. Kami sedikit khawatir
saat KyuHyun menceritakan keadaanmu di stasiun kereta api beberapa hari yang
lalu.” Ujar Siwon. Sora memandang teman-teman satu kantor Leeteuk yang kini
memberi jalan agar ia bisa masuk.
“Gamsahamnida
sudah mengkhawatirkan ku.” Sora memasuki ruangan yang di tinggali oleh Leeteuk
dan sahabat-sahabatnya.
Sora
tersenyum melihat foto-foto yang terpajang rapi di dinding dan di atas
meja-meja. Foto saat leeteuk bersama temannya tengah memancing, foto saat
Leeteuk dan Heechul berulang tahun, foto di saat sekumpulan namja ini berkumpul
di salah satu cafe favorit mereka, “Sora-ssi, kajja kita makan, Ryeowook sudah
menyiapkan makanan untuk kita.” Panggil Donghae.
“Kenapa
oppa-deul tidak bekerja?” tanya Sora sambil menyuapkan sepotong kecil daging ke
dalam mulutnya, “Kami semua ambil cuti untuk menemani mu, Sora.” Ujar Shindong.
“Sekali
lagi, gamsahamnida oppa.”
***
“Kau
ingin menonton film apa? Jangan bilang terserah aku lagi!” ujar Leeteuk
memperingatkan Sora sebelum menjawab pertanyaannya, “Horror. Aku ingin
memelukmu saat ketakutan.”
Sora
bergelayut manja di lengan kekar Leeteuk sambil menyandarkan kepalannya ke bahu
Leeteuk, “Jinjja? Kau ingin memelukku?” Sora mengangguk antusias, “Kalau begitu
kajjaaaaaa! HAHAHAHA..”
“OPPA!
HAHAHAHA...” Leeteuk berlari sambil menggandeng tangan Sora. Keduanya tertawa
bersama. Tawa hangat yang begitu tulus dan terlapisi oleh cinta yang suci.
“Argh!”
Sora menjerit pelan saat sesosok hantu menampilkan wajahnya di layar yang
sangat lebar, “Oppa, aku takut.” Sora menoleh ke arah sapasang sejoli yang saling
berpelukan. Senyuman Sora mengembang. Sora seakan-akan berkaca saat melihat
kedua sejoli itu. Saat bersama Leeteuk, ia juga akan seperti itu, memeluk
Leeteuk dengan erat seakan tidak akan lepas. Tapi sekarang, semuanya berbeda. Leeteuk
dan Sora telah terlepas satu sama lain. Lem yang merekatkan Leeteuk dan Sora
telah terkikis habis terhapuskan oleh takdir yang begitu kejam.
***
‘Ting
tong’
Sora
terburu-buru keluar dari kamarnya untuk melihat siapa yang datang, “KyuHyun
oppa.” Ujar Sora kaget saat mengetahui siapa yang ada di depannya.
“Annyeong!”
Ujar KyuHyun sambil melambaikan tangannya dan tersenyum. Sora juga ikut
melambaikan tangannya kemudian mempersilahkan KyuHyun masuk.
“Waeyo?
Apa yang membuat Oppa datang berkunjung?” tanya Sora sambil meletakkan minuman
hangat di depan KyuHyun.
“Ryeowook
hyung memasak banyak malam ini, dan Sungmin hyung menyuruhku untuk mengantarkan
ini padamu.” KyuHyun meletakkan beberapa kotak makanan yang terbungkus dalam
satu plastik di atas meja.
“Gamsahamnida,
seharusnya kalian tidak perlu terlalu mengkhawatirkan ku!” Sora meletakkan
bungkusan itu di atas meja makan kemudian duduk untuk menemani KyuHyun
berbincang, “Apa ada yang lain?”
KyuHyun
mengusap wajahnya lelah kemudian menghela nafas, “Aku tidak bisa menepati janji
ku pada Leeteuk hyung untuk terus menjagamu. Aku mencintai wanita lain, Sora.”
Sora tertegun sesaat kemudian tertawa terbahak, “Mwoya? Kau itu terlalu polos, oppa. Kau masih bisa melindungiku sebagai kakak. Lagipula aku tidak ingin menjadi gadismu. Aku hanya ingin menjadi gadis milik Leeteuk oppa. Kau salah menanggapi perkataan Leeteu Oppa. Dia tidak memintamu untuk menggantikan posisinya.” Ujar Sora sendu.
“Aah,
hehe, kau benar, sora-ssi. Tapi, apa kau yakin dengan ucapanmu? Gadis milik
Leeteuk Hyung. Tapi kau tahu kan, Leeteuk hyung,,” Ucapan KyuHyun terhenti saat
Sora tiba-tiba berdiri, “Oppa, sudah larut, aku mengantuk.”
KyuHyun
mengusap tengkuknya kemudian ikut beranjak, “Aah, arasseo. Istirahatlah, aku
akan pulang!” KyuHyun berjalan menuju pintu dan Sora mengikutinya di belakang,
“Jangan terjebak pada satu cerita Sora-ssi. Buatlah cerita lain!” Ujar KyuHyun
sebelum benar-benar pergi.
“Untuk
apa membuat cerita lain jika sang pemain utama tidak di temukan?” ujar Sora
sambil memegang ganggang pintu, “Kalau begitu temukan pemain utama mu!” lanjut
KyuHyun.
“Tentu
saja aku akan segera menemukan Leeteuk oppa.” Senyum Sora, “Sora-ssi!”
“Sudah
malam KyuHyun Oppa.” Sora menutup pintu apartemennya sehingga menimbulkan debam
yang cukup keras, “Leeteuk oppa!” Sora kembali menangis di balik pintu sambil
menepuk-nepuk kuat dadanya, “Bogoshipo.” Lanjutnya.
***
“Aku
harus meninggalkanmu! Hanya sebentar Sora.” Leeteuk memeluk Sora yang sedang
menangis di dada bidangnya. Sora menggeleng, “Sebentar apa? 2 tahun lebih oppa
bilang sebentar?”
Sora
melepaskan pelukan Leeteuk dan menatap Leeteuk dalam, “Ini sudah kewajibanku
Sora, kewajiban ku sebagai laki-laki. Aku tidak bisa menghindar.” Leeteuk
tersenyum sambil mengelus surai coklat Sora lembut.
“Kau
bisa berpura-pura sakit.” Leeteuk mengeluarkan suara tawanya yang khas saat
mendengar penuturan Sora, “Aku lelaki sejati sayang.” Leeteuk kembali memeluk
tubuh kurus Sora.
“Aku
akan kembali untukmu setelah menyelesaikan kewajibanku. Aku akan segera
melamarmu dan kita menikah. Aku berjanji.” Ujar Leeteuk sambil terus mendekap
Sora dengan erat.
***
“Jemput
aku di stasiun kereta tanggal 13 dua tahun lagi.” ujar Leeteuk sambil mengelus
tangan Sora. Sora mengangguk, “Cepatlah naik, kereta akan berangkat. Kau harus
menjadi lelaki sejati ketika kembali, arasseo?” perintah Sora sambil merapikan
jaket coklat yang Leeteuk pakai.
“Jadi
selama ini kau menganggapku lelaki apa, heum?” Leeteuk kembali memeluk Sora
erat, “Jaga dirimu sampai aku kembali, setelah itu aku yang akan menjagamu
tanpa meninggalkan mu lagi. Aku pergi.” Leeteuk mengecup lama dahi Sora
kemudian berjalan menuju kereta api yang akan membawanya ke camp militer.
Beberapa
orang tengah menangis mengantarkan kepergian kenalannya menuju ke camp militer,
tetapi ada juga yang cerewet berpesan akan selalu mengirim surat untuk keluarga
di rumah, “Oppa! SARANGHAE!”
Sora
berteriak saat kereta mulai berjalan. Entah mengapa kedua kaki Sora ingin terus
berlari mencoba menyusul Leeteuk yang berada di dalam kereta, “Oppa, Leeteuk
oppa!” Leeteuk yang mendengar teriakan Sora mencoba mengeluarkan sebagian
badannya di jendela kereta agar dapat melihat Sora.
“Oppa,
jaga dirimu di sana. Aku akan selalu menunggumu. Saranghae!” jerit Sora sambil
berlari. Leeteuk mengacungkan jempolnya kemudian membalas perkataan Sora, “NADO
SARANGHAE!”
***
Sora
membaca kembali surat yang membuat hidupnya terasa hampa. Surat pemberitahuan
yang di dalamnya dituliskan, prajurit bernama lengkap Park Jung Soo di nyatakan
hilang saat berlatih ketangkasan di dalam hutan. Air mata Sora kembali menetes.
Sora tidak percaya dengan apa yang tertulis di dalam surat itu. Mungkin Leeteuk
memang hilang 5 bulan lalu, tapi ia yakin Leeteuk masih hidup. Seharusnya ia
sudah bersama Leeteuk ketika Leeteuk sudah menyelesaikannya selama 2 tahun
lebih. Tapi mengapa Leeteuk harus menghilang?
Sora
melirik kalender yang tergantung di paku kecil sebelahnya, “Sekarang sudah
tanggal 13.” Dengan sigap Sora mengambil mantel bepergiannya dan berlari menuju
stasiun.
***
“Permisi,
apakah yang barusan itu kereta terakhir?” tanya Sora pada petugas yang berada
di dekatnya,”Ani, kereta terakhir akan datang 2 jam lagi pukul 11 tepat.” Sora
mengucapkan terimakasih kemudian kembali duduk sambil menatap kereta yang
kembali berjalan. Ia tidak akan menyerah semudah orang-orang membalikkan
telapak tangan mereka. Sekalipun memerlukan waktu 1 tahun, 2 tahun, 10 tahun
ataupun seumur hidupnya, Sora akan tetap menunggu.
‘jeeezzz’
Kereta
terakhir telah berhenti didepan Sora. Entah mengapa kali ini Sora ingin segera
menghampiri pintu kereta tersebut. Untuk kesekian kalinya, pintu kereta
tersebut memuntahkan manusia-manusia berwajah lelah yang sudah bosan Sora
lihat. Sora berdiri tepat di depan pintu kereta sehingga orang-orang yang
keluar dari kereta, dengan mudah menabrak tubuh ringkihnya hingga nyaris
terjatuh.
Seorang
laki-berjaket coklat keluar dari kereta dengan handphone yang menempel di
telinganya. Lelaki itu berjalan melewati Sora sehingga membuat Sora terkejut,
“Permisi,” tegur Sora pada lelaki berjaket coklat, “Nde, ada yang bisa saya
bantu?” Sora meneguk air liurnya gugup, sejujurnya ia tidak ingin menanyakan
pertanyaan ini, “Apakah anda orang terakhir yang keluar dari kereta ini?”
Lelaki
itu terlihat berpikir, “Molla, saya tidak terlalu memperhatikan. Permisi, saya
sedang terburu-buru. Istri saya akan melahirkan hari ini. saya harus segera ke
rumah sakit.” Sora membungkuk mempersilahkan laki-laki itu pergi. Kembali Sora
menatap sendu pintu kereta yang belum tertutup sekalipun tidak ada orang yang
di muntahkannya lagi.
Sora
berbalik dan menghapus air mata yang telah mengalir di pipinya, “Permisi,
bisakah kau bantu aku.” Sora kembali membalikkan tubuhnya ke arah pintu kereta
api saat mendengar suara yang sangat ia rindukan.
Seorang
laki-laki berseragam militer dengan rambut cepak tengah berusaha keluar dari
pintu kereta api karena salah satunya kakinya di balut kaku oleh perban putih,
“Oppa!”
“Sora.”
Leeteuk berusaha berjalan menuju Sora yang terpaku diam. Tongkat penyangga yang
di pakai Leeteuk beradu dengan lantai semen dingin dan membuat bunyi keras yang
berirama, “Oppa!”
Perlahan
Sora berjalan menuju Leeteuk dengan kekuatan yang sedikit demi sedikit kembali
ke dalam tubuhnya. Leeteuk tersenyum.
‘Grep’
Sora
menubruk Leeteuk dan memeluknya erat, “Pelan-pelan sayang. Jangan memelukku
terlalu erat. Tubuhku belum sepenuhnya pulih.” Ujar Leeteuk sambil mengusap
surai coklat Sora dengan tangannya yang bebas.
“Kau
kemana saja? Aku telah berubah menjadi orang gila karena menunggu mu. Kenapa
kau tega meninggalkan ku selama ini?” Sora menagis di pelukan Leeteuk. Kali ini
pelukannya melemah. Sora melepaskan semua ketakutannya pada dada bidang
Leeteuk, semuanya, “Mianhe.” Ujar Leeteuk pelan.
“Jangan
menangis. Oppa sudah kembali, tidak ada yang perlu kau takutkan? Terima kasih
sudah menunggu oppa selama ini,” Sora tetap menangis, “Hey! Sudahlah!” Sora
kembali mengeratkan pelukannya.
“Kau
harus menepati janjimu, oppa.” Ujar Sora setelah berhasil menguasai dirinya
kembali. “Oppa terlalu banyak berjanji padamu dan belum ada satupun janji yang
oppa tepati.” Jemari Leeteuk mengahapus air mata yang masih tersisa di pipi
mulus Sora, “Janji yang mana heum?”
“Eumm,
tentang pernikahan. Kapan Oppa akan melamarku?” ujar Sora sambil tersenyum
malu-malu. Leeteuk mengacak rambut Sora sambil tertawa, “Secepatnya.” Leeteuk
mengecup bibir Sora singkat.
“Aku
benar-benar merindukanmu.” Leeteuk mengelus pipi Sora, “Nado,” Sora tersenyum,
“ Sekarang kita pulang dan kau harus menceritakan semuanya padaku dan oppadeul,
dari awal sampai akhir tanpa ada satupun yang terlewat, arasseo?” Leeteuk
mengangguk.
Sora
menjaga Leeteuk yang berjalan di sampingnya agar tidak terjatuh. Sesekali
mereka saling merangkul melenyapkan rasa rindu yang selalu menyerang mereka
akhir-akhir ini. Tawa mereka terkadang memenuhi lorong stasiun yang mulai
kosong.
Mereka
berjalan bersama menuju ke masa depan cerah yang menanti mereka, dengan tangan
yang saling bertaut tak akan terlepas, dengan kepercayaan yang selalu memayungi
mereka, dengan perasaan cinta yang selalu mendampingi mereka.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar