Minggu, 02 Februari 2014

The Train (Waiting for You)



Cast :
·        Park Jung Soo (Leeteuk)
·        Kang Sora
·        Cho KyuHyun
·        Super Junior member
Genre:
·        Sad
·        Happy
·        Romance

Annyeong!!
Author balik lagi setelah sekian lama modem nggak keisi-isi kuota *Author Kere*
Ada yang kangen nggak? *NGGAAAAK*
Kali ini FF Oneshoot dengan cast utama Leeteuk oppa. Author pake’ cast yeojanya Kang Sora, soalnya author suka banget pasangan ini :D
Bagi yang nggak suka, boleh komen dan protes, tapi pake’ kata-kata sopan ya! Ntar author ganti cast yeojanya untuk FF Leeteuk selanjutnya.
Sorry kalau feel-nya nggak dapet dan ceritanya nggak cocok sama judulnya. FF ini hanya salah satu hasil dari hobby menulis author yang tanpa di sertai bakat. Dan juga hati-hati dengan TYPO.


Keterangan : tulisan bercetak miring dan tebal berarti Flash back

HAPPY READING \(^0^)/
‘jeeeeeezzzzz’
Suara kereta yang sedang melaju keras di atas rel, membuat telinga Sora berdengung. Sebagian rambutnya ia sisipkan ke belakang telinga saat angin mulai menggoyangkannya. Sesekali tangannya saling bergesek cepat untuk mengurangi rasa dingin.

“Oppa!” desahnya pelan saat kereta perlahan-lahan berhenti di depannya. Orang-orang berpakaian formal terlihat terburu-buru keluar dari pintu kereta dengan wajah lelah. Mata Sora terus memandang pintu kereta yang terbuka dengan intens.

“Dia tidak akan datang.” Sebuah suara membuat Sora mengalihkan pandangannya dari pintu yang masih memuntahkan beberapa manusia berwajah lelah.

Sora tersenyum meremehkan kepada seseorang yang menegurnya, “Kenapa kau begitu yakin?” ujar Sora sambil kembali memandang pintu kereta yang perlahan menutup.

“Andwe!” seketika Sora berlari ke arah pintu kereta dan berteriak tanpa mempedulikan orang-orang yang berada di sekitarnya. Sora mulai memukul-mukul pintu besi itu dengan kepalan tangannya yang kini mulai memerah, “Sora-ssi, Sora-ssi kumohon hentikan! SORA-ssi!”

Sora perlahan menurut dan mulai menghentikan pukulannya. Tubuh ringkihnya perlahan merosot dan terduduk di atas lantai semen yang dingin. Angin musim gugur kembali berhembus dan menerbangkan surai coklat milik sora sehingga menampilkan leher jenjangnya yang indah.

“Jebal, jangan begini! Jangan menyiksa dirimu seperti ini!” kesupuluh jari lentik Sora kini telah menutupi seluruh wajahnya yang memerah, “Untuk apa kau mencampuri urusanku? Lebih baik kau pergi dari hadapanku! Aku ingin sendiri.”

Sejenak mereka terdiam menyelami pikiran masing-masing, hingga beberapa saat, seseorang dari mereka mulai membuka pembicaraan, “Karena Leeteuk Hyung pernah berpesan kepadaku untuk menjagamu hingga dia kembali.”

***

Sora mulai mengikat rambut panjangnya menjadi satu kemudian mengambil handuknya dan keluar dari kamar, “Oppa! Aku akan berolahraga pagi. Aku harus sehat agar bisa menunggu mu, ya kan?” ujar Sora pada sebuah foto yang menampilkan dirinya dan seorang pria berlesung pipi saling merangkul sambil menempelkan kedua pipinya satu sama lain. Sora tersenyum sambil meletakkan kembali foto itu di atas meja kecil.

‘Krieeet’

“Baaaaaaa!” Sora terlonjak kaget saat sebuah suara mengagetkannya. Tanpa sengaja, sikunya menyenggol vas yang berada di atas nakas dan menimbulkan suara yang memekakan telinga.

“Leeteuk Oppa! Kau mengagetkanku saja! Aigo, vas bungaku jadi pecah.” Jemari Sora mulai merapikan pecahan vas itu dengan perlahan-lahan. Tiba-tiba, sebuah telapak tangan yang sedikit kasar khas laki-laki menghentikan pergerakan Sora.

“Mianhe, biar aku saja yang membereskan. Kau ganti baju dan kita akan berolahraga pagi, arra?” Leeteuk tersenyum ke arah Sora yang kini tampak mengangguk, “Arraseo oppa! Hati-hati! Jangan sampai membuat jari kasarmu terluka.” Ujar Sora dengan nada mengejek.

“Awas kau ya!” Leeteuk tertawa perlahan saat Sora kini tengah berlari kecil menuju kamarnya sambil menjerit pelan. Kepala Leeteuk tergeleng sebentar, “Ouch!” pekik Leeteuk tertahan saat merasa sebuah benda tajam menggores dalam telunjuknya.

“Oppa, apa kau sudah selesai? Aku sudah siap.” Leeteuk buru-buru menyembunyikan jarinya yang terluka di balik kantongnya, “Nde, kajja.”

Seakan lupa dengan lukanya yang sengaja di sembunyikan, Leeteuk mulai menyodorkan tangannya untuk menggandeng tangan halus Sora, “Oppa, telunjukmu! Aish, aku kan sudah bilang kau harus hati-hati.”

Leeteuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan jemarinya yang sehat ketika melihat Sora mulai menggerutu sambil mencari-cari kotak P3K yang Sora lupa letaknya dimana, “Dikamar.” Ujar Leeteuk sambil menahan senyumnya.

“Aaah, benar.” Sora mulai berlari menuju kamar dan kembali dengan kotak P3K ditangannya. Sebuah kapas putih yang telah di teteskan cairan antiseptik kini menutupi jari Leeteuk yang terluka, “Lukanya tidak terlalu dalam. Ah, aku menggunakan plester yang mana ya?” gumam Sora sambil melihat beberapa plester bermotih kartun hewan.

“Kau pasti akan memilih bebek, ya kan?” Sora tersenyum kemudian mengangguk. Plester tersebut membalut rapi telunjuk Leeteuk menggantikan kapas kecil yang sudah di buang oleh Sora. Sora tersenyum puas, “Bakat ku untuk menjadi dokter begitu terlihat ya?”

“Haissh, kau mulai membanggakan dirimu lagi. Kajja, kita lari pagi.” Ujar Leeteuk kembali menyodorkan tangannya untuk menggandeng Sora, “Kajja!”

“Leeteuk, oppa!” Sora terkejut saat pintu dengan tiba-tiba terbuka. Hanya Leeteuk yang membuka pintu apartemen Sora tanpa ketukan dan hanya Leeteuk yang mengetahui passwordnya selain orang tuanya, “Aahh, mianhe. Aku pikir ini anjingmu yang mencoba masuk melalui pintu yang sedikit terbuka ini.”

Seorang ahjumma terlihat menggendong seekor anjing kecil berbulu putih lebat dengan totol hitam menghiasi salah satu bagian matanya, “Ah, benar ini anjingku. Gamsahamnida ahjumma.”

Ahjumma itu menyerahkan anjing itu dan membungkukkan badannya kemudian pergi. Sora teringat ia lupa menutup pintu ketika ia masuk rumah setelah membeli sesuatu pagi ini, “Mianhe, aku sempat melupakanmu sebentar.” Ujar sora sambil menggaruk telinga anjing kecilnya.

***

“Hah hah hah.” Nafas Sora terdengar begitu berat setelah melakukan lari kecil selama 20 menit mengelilingi taman yang berada di pinggiran sungai Han. Di usap tengkuknya yang terasa lengket dengan handuk kecil yang ia bawa dari rumah.

“Minum?”

“Huaah, gamsahamnida oppa!” Sora meneguk air tersebut dengan antusias, “Ah, segar.” Tangan sora mengusap air yang sedikit menetes di bibirnya. Ia tersenyum ke arah Leeteuk.

“Gamsahamnida selalu ada untukku.” Sora menggenggam tangan hangat Leeteuk dengan erat, tapi Leeteuk menepisnya, “Aku ingin di peluk. Hehehehe,,”

Tanpa sadar air mata Sora telah terjatuh. Ia menggeleng perlahan sambil mencoba kembali tersenyum.

***

“Oppa, kau mencintaiku?” bisik Sora pada Leeteuk yang sedang menuliskan sesuatu di atas berkas-berkas yang terlihat rumit, “Tentu saja sayang.” Ujar Leeteuk tanpa mengalihkan perhatiannya dari tumpukan berkas-berkas yang sangat tebal.

“Kau bekerja terlalu keras, oppa. Kajja, ini sudah jam makan siang.” Tangan Sora memijat bahu lebar Leeteuk yang terlihat kaku. Leeteuk mengelus tangan Sora hangat sambil meremasnya sedikit, “Hah, kau benar, kajja kita makan siang.”

Leeteuk berdiri kemudian merangkul bahu Sora dan menggiringnya keluar kantor, “Kau ingin makan apa?” tanya Leeteuk pada Sora, “Apa saja asal kau menyukainya.”

Sora menatap gedung yang ada di depannya dengan pandangan sendu, “Oppa, jam segini biasanya kau selalu bekerja. Oppa, eodiga?” mata Sora saling berkedip berusaha menahan air mata yang memaksa menembus keluar.

‘drt drt drt’

“Yeoboseyo? Nde. Arrasseo.” Sora segera berlari menuju halte bus untuk menunggu bus yang akan mengantarnya ke suatu tempat.

***

“Ada apa oppa memanggil ku kemari? Apa ada kabar yang harus aku ketahui?” tanya Sora pada sekumpulan namja tampan yang membukakan pintu suatu ruangan.

“Ani, kami pikir kau kesepian semenjak Leeteuk hyung tidak ada. Kami sedikit khawatir saat KyuHyun menceritakan keadaanmu di stasiun kereta api beberapa hari yang lalu.” Ujar Siwon. Sora memandang teman-teman satu kantor Leeteuk yang kini memberi jalan agar ia bisa masuk.

“Gamsahamnida sudah mengkhawatirkan ku.” Sora memasuki ruangan yang di tinggali oleh Leeteuk dan sahabat-sahabatnya.

Sora tersenyum melihat foto-foto yang terpajang rapi di dinding dan di atas meja-meja. Foto saat leeteuk bersama temannya tengah memancing, foto saat Leeteuk dan Heechul berulang tahun, foto di saat sekumpulan namja ini berkumpul di salah satu cafe favorit mereka, “Sora-ssi, kajja kita makan, Ryeowook sudah menyiapkan makanan untuk kita.” Panggil Donghae.

“Kenapa oppa-deul tidak bekerja?” tanya Sora sambil menyuapkan sepotong kecil daging ke dalam mulutnya, “Kami semua ambil cuti untuk menemani mu, Sora.” Ujar Shindong.

“Sekali lagi, gamsahamnida oppa.”

***

“Kau ingin menonton film apa? Jangan bilang terserah aku lagi!” ujar Leeteuk memperingatkan Sora sebelum menjawab pertanyaannya, “Horror. Aku ingin memelukmu saat ketakutan.”

Sora bergelayut manja di lengan kekar Leeteuk sambil menyandarkan kepalannya ke bahu Leeteuk, “Jinjja? Kau ingin memelukku?” Sora mengangguk antusias, “Kalau begitu kajjaaaaaa! HAHAHAHA..”

“OPPA! HAHAHAHA...” Leeteuk berlari sambil menggandeng tangan Sora. Keduanya tertawa bersama. Tawa hangat yang begitu tulus dan terlapisi oleh cinta yang suci.

“Argh!” Sora menjerit pelan saat sesosok hantu menampilkan wajahnya di layar yang sangat lebar, “Oppa, aku takut.” Sora menoleh ke arah sapasang sejoli yang saling berpelukan. Senyuman Sora mengembang. Sora seakan-akan berkaca saat melihat kedua sejoli itu. Saat bersama Leeteuk, ia juga akan seperti itu, memeluk Leeteuk dengan erat seakan tidak akan lepas. Tapi sekarang, semuanya berbeda. Leeteuk dan Sora telah terlepas satu sama lain. Lem yang merekatkan Leeteuk dan Sora telah terkikis habis terhapuskan oleh takdir yang begitu kejam.

***

‘Ting tong’

Sora terburu-buru keluar dari kamarnya untuk melihat siapa yang datang, “KyuHyun oppa.” Ujar Sora kaget saat mengetahui siapa yang ada di depannya.

“Annyeong!” Ujar KyuHyun sambil melambaikan tangannya dan tersenyum. Sora juga ikut melambaikan tangannya kemudian mempersilahkan KyuHyun masuk.

“Waeyo? Apa yang membuat Oppa datang berkunjung?” tanya Sora sambil meletakkan minuman hangat di depan KyuHyun.

“Ryeowook hyung memasak banyak malam ini, dan Sungmin hyung menyuruhku untuk mengantarkan ini padamu.” KyuHyun meletakkan beberapa kotak makanan yang terbungkus dalam satu plastik di atas meja.

“Gamsahamnida, seharusnya kalian tidak perlu terlalu mengkhawatirkan ku!” Sora meletakkan bungkusan itu di atas meja makan kemudian duduk untuk menemani KyuHyun berbincang, “Apa ada yang lain?”

KyuHyun mengusap wajahnya lelah kemudian menghela nafas, “Aku tidak bisa menepati janji ku pada Leeteuk hyung untuk terus menjagamu. Aku mencintai wanita lain, Sora.”

Sora tertegun sesaat kemudian tertawa terbahak, “Mwoya? Kau itu terlalu polos, oppa. Kau masih bisa melindungiku sebagai kakak. Lagipula aku tidak ingin menjadi gadismu. Aku hanya ingin menjadi gadis milik Leeteuk oppa. Kau salah menanggapi perkataan Leeteu Oppa. Dia tidak memintamu untuk menggantikan posisinya.” Ujar Sora sendu.

“Aah, hehe, kau benar, sora-ssi. Tapi, apa kau yakin dengan ucapanmu? Gadis milik Leeteuk Hyung. Tapi kau tahu kan, Leeteuk hyung,,” Ucapan KyuHyun terhenti saat Sora tiba-tiba berdiri, “Oppa, sudah larut, aku mengantuk.”

KyuHyun mengusap tengkuknya kemudian ikut beranjak, “Aah, arasseo. Istirahatlah, aku akan pulang!” KyuHyun berjalan menuju pintu dan Sora mengikutinya di belakang, “Jangan terjebak pada satu cerita Sora-ssi. Buatlah cerita lain!” Ujar KyuHyun sebelum benar-benar pergi.

“Untuk apa membuat cerita lain jika sang pemain utama tidak di temukan?” ujar Sora sambil memegang ganggang pintu, “Kalau begitu temukan pemain utama mu!” lanjut KyuHyun.

“Tentu saja aku akan segera menemukan Leeteuk oppa.” Senyum Sora, “Sora-ssi!”

“Sudah malam KyuHyun Oppa.” Sora menutup pintu apartemennya sehingga menimbulkan debam yang cukup keras, “Leeteuk oppa!” Sora kembali menangis di balik pintu sambil menepuk-nepuk kuat dadanya, “Bogoshipo.” Lanjutnya.

***

“Aku harus meninggalkanmu! Hanya sebentar Sora.” Leeteuk memeluk Sora yang sedang menangis di dada bidangnya. Sora menggeleng, “Sebentar apa? 2 tahun lebih oppa bilang sebentar?”

Sora melepaskan pelukan Leeteuk dan menatap Leeteuk dalam, “Ini sudah kewajibanku Sora, kewajiban ku sebagai laki-laki. Aku tidak bisa menghindar.” Leeteuk tersenyum sambil mengelus surai coklat Sora lembut.

“Kau bisa berpura-pura sakit.” Leeteuk mengeluarkan suara tawanya yang khas saat mendengar penuturan Sora, “Aku lelaki sejati sayang.” Leeteuk kembali memeluk tubuh kurus Sora.

“Aku akan kembali untukmu setelah menyelesaikan kewajibanku. Aku akan segera melamarmu dan kita menikah. Aku berjanji.” Ujar Leeteuk sambil terus mendekap Sora dengan erat.

***

“Jemput aku di stasiun kereta tanggal 13 dua tahun lagi.” ujar Leeteuk sambil mengelus tangan Sora. Sora mengangguk, “Cepatlah naik, kereta akan berangkat. Kau harus menjadi lelaki sejati ketika kembali, arasseo?” perintah Sora sambil merapikan jaket coklat yang Leeteuk pakai.

“Jadi selama ini kau menganggapku lelaki apa, heum?” Leeteuk kembali memeluk Sora erat, “Jaga dirimu sampai aku kembali, setelah itu aku yang akan menjagamu tanpa meninggalkan mu lagi. Aku pergi.” Leeteuk mengecup lama dahi Sora kemudian berjalan menuju kereta api yang akan membawanya ke camp militer.

Beberapa orang tengah menangis mengantarkan kepergian kenalannya menuju ke camp militer, tetapi ada juga yang cerewet berpesan akan selalu mengirim surat untuk keluarga di rumah, “Oppa! SARANGHAE!”

Sora berteriak saat kereta mulai berjalan. Entah mengapa kedua kaki Sora ingin terus berlari mencoba menyusul Leeteuk yang berada di dalam kereta, “Oppa, Leeteuk oppa!” Leeteuk yang mendengar teriakan Sora mencoba mengeluarkan sebagian badannya di jendela kereta agar dapat melihat Sora.

“Oppa, jaga dirimu di sana. Aku akan selalu menunggumu. Saranghae!” jerit Sora sambil berlari. Leeteuk mengacungkan jempolnya kemudian membalas perkataan Sora, “NADO SARANGHAE!”

***

Sora membaca kembali surat yang membuat hidupnya terasa hampa. Surat pemberitahuan yang di dalamnya dituliskan, prajurit bernama lengkap Park Jung Soo di nyatakan hilang saat berlatih ketangkasan di dalam hutan. Air mata Sora kembali menetes. Sora tidak percaya dengan apa yang tertulis di dalam surat itu. Mungkin Leeteuk memang hilang 5 bulan lalu, tapi ia yakin Leeteuk masih hidup. Seharusnya ia sudah bersama Leeteuk ketika Leeteuk sudah menyelesaikannya selama 2 tahun lebih. Tapi mengapa Leeteuk harus menghilang?

Sora melirik kalender yang tergantung di paku kecil sebelahnya, “Sekarang sudah tanggal 13.” Dengan sigap Sora mengambil mantel bepergiannya dan berlari menuju stasiun.

***

“Permisi, apakah yang barusan itu kereta terakhir?” tanya Sora pada petugas yang berada di dekatnya,”Ani, kereta terakhir akan datang 2 jam lagi pukul 11 tepat.” Sora mengucapkan terimakasih kemudian kembali duduk sambil menatap kereta yang kembali berjalan. Ia tidak akan menyerah semudah orang-orang membalikkan telapak tangan mereka. Sekalipun memerlukan waktu 1 tahun, 2 tahun, 10 tahun ataupun seumur hidupnya, Sora akan tetap menunggu.

‘jeeezzz’

Kereta terakhir telah berhenti didepan Sora. Entah mengapa kali ini Sora ingin segera menghampiri pintu kereta tersebut. Untuk kesekian kalinya, pintu kereta tersebut memuntahkan manusia-manusia berwajah lelah yang sudah bosan Sora lihat. Sora berdiri tepat di depan pintu kereta sehingga orang-orang yang keluar dari kereta, dengan mudah menabrak tubuh ringkihnya hingga nyaris terjatuh.

Seorang laki-berjaket coklat keluar dari kereta dengan handphone yang menempel di telinganya. Lelaki itu berjalan melewati Sora sehingga membuat Sora terkejut, “Permisi,” tegur Sora pada lelaki berjaket coklat, “Nde, ada yang bisa saya bantu?” Sora meneguk air liurnya gugup, sejujurnya ia tidak ingin menanyakan pertanyaan ini, “Apakah anda orang terakhir yang keluar dari kereta ini?”

Lelaki itu terlihat berpikir, “Molla, saya tidak terlalu memperhatikan. Permisi, saya sedang terburu-buru. Istri saya akan melahirkan hari ini. saya harus segera ke rumah sakit.” Sora membungkuk mempersilahkan laki-laki itu pergi. Kembali Sora menatap sendu pintu kereta yang belum tertutup sekalipun tidak ada orang yang di muntahkannya lagi.

Sora berbalik dan menghapus air mata yang telah mengalir di pipinya, “Permisi, bisakah kau bantu aku.” Sora kembali membalikkan tubuhnya ke arah pintu kereta api saat mendengar suara yang sangat ia rindukan.

Seorang laki-laki berseragam militer dengan rambut cepak tengah berusaha keluar dari pintu kereta api karena salah satunya kakinya di balut kaku oleh perban putih, “Oppa!”

“Sora.” Leeteuk berusaha berjalan menuju Sora yang terpaku diam. Tongkat penyangga yang di pakai Leeteuk beradu dengan lantai semen dingin dan membuat bunyi keras yang berirama, “Oppa!”

Perlahan Sora berjalan menuju Leeteuk dengan kekuatan yang sedikit demi sedikit kembali ke dalam tubuhnya. Leeteuk tersenyum.

‘Grep’

Sora menubruk Leeteuk dan memeluknya erat, “Pelan-pelan sayang. Jangan memelukku terlalu erat. Tubuhku belum sepenuhnya pulih.” Ujar Leeteuk sambil mengusap surai coklat Sora dengan tangannya yang bebas.

“Kau kemana saja? Aku telah berubah menjadi orang gila karena menunggu mu. Kenapa kau tega meninggalkan ku selama ini?” Sora menagis di pelukan Leeteuk. Kali ini pelukannya melemah. Sora melepaskan semua ketakutannya pada dada bidang Leeteuk, semuanya, “Mianhe.” Ujar Leeteuk pelan.

“Jangan menangis. Oppa sudah kembali, tidak ada yang perlu kau takutkan? Terima kasih sudah menunggu oppa selama ini,” Sora tetap menangis, “Hey! Sudahlah!” Sora kembali mengeratkan pelukannya.

“Kau harus menepati janjimu, oppa.” Ujar Sora setelah berhasil menguasai dirinya kembali. “Oppa terlalu banyak berjanji padamu dan belum ada satupun janji yang oppa tepati.” Jemari Leeteuk mengahapus air mata yang masih tersisa di pipi mulus Sora, “Janji yang mana heum?”

“Eumm, tentang pernikahan. Kapan Oppa akan melamarku?” ujar Sora sambil tersenyum malu-malu. Leeteuk mengacak rambut Sora sambil tertawa, “Secepatnya.” Leeteuk mengecup bibir Sora singkat.

“Aku benar-benar merindukanmu.” Leeteuk mengelus pipi Sora, “Nado,” Sora tersenyum, “ Sekarang kita pulang dan kau harus menceritakan semuanya padaku dan oppadeul, dari awal sampai akhir tanpa ada satupun yang terlewat, arasseo?” Leeteuk mengangguk.

Sora menjaga Leeteuk yang berjalan di sampingnya agar tidak terjatuh. Sesekali mereka saling merangkul melenyapkan rasa rindu yang selalu menyerang mereka akhir-akhir ini. Tawa mereka terkadang memenuhi lorong stasiun yang mulai kosong.

Mereka berjalan bersama menuju ke masa depan cerah yang menanti mereka, dengan tangan yang saling bertaut tak akan terlepas, dengan kepercayaan yang selalu memayungi mereka, dengan perasaan cinta yang selalu mendampingi mereka.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar